Ketua DPD Asosiasi Perusahaan Perjalanan Indonesia, atau Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA), Sumatra Utara (Sumut), Solahuddin Nasution, memperkirakan ada 3.000-an tenaga kerja di industri pariwisata di Sumut yang terdampak pandemi Covid-19.
Perkiraan itu didasarkan pada jumlah pelaku industri pariwisata di bidang biro perjalanan yang terdaftar di ASITA Sumut saat ini ada 300 lebih. Bila satu perusahaan biro perjalanan saja merumahkan sepuluh karyawan, maka sudah ada 3.000 karyawan yang dirumahkan. “Itu masih perusahaan biro perjalanan. Bagaimana dengan turunan pariwisata yang lain, seperti perhotelan dan transportasi, berarti bisa lebih dari 3.000 yang kena dampaknya,” kata Solahuddin Nasution kepada HMStimes.com, Senin sore, 3 Agustus 2020, di Medan.
Menurut Solahuddin, pariwisata adalah industri yang pertama kali terdampak pandemi Covid-19 dan yang terakhir bisa pulih kembali. Ketika Covid-19 sudah masuk Indonesia sejak Maret, maka industri pariwisata langsung terkena imbasnya. Jalur penerbangan ditutup sehingga otomatis menutup kran kunjungan wisatawan dari luar negeri.
Ironisnya, pariwisata tidak akan bisa langsung pulih begitu saja, karena pariwisata bukan kebutuhan primer, tapi sekunder. Orang akan melakukan perjalanan wisata bila kebutuhan dasarnya terpenuhi dulu. “Artinya, yang lebih utama saat ini bagaimana bertahan hidup dulu. Pariwisata itu bukan kebutuhan utama. Makanya, bila pun nanti sudah mulai pulih, pariwisata tidak akan langsung pulih begitu saja, karena perencanaan perjalanan wisata itu biasanya satu tahun,” katanya.
Ketika ditanya apakah tahun depan, 2021, pariwisata akan pulih bila benar September atau November vaksin virus corona sudah ditemukan, Solahuddin mengatakan pulihnya pariwisata tidak terprediksi. “Saya bukan pesimis, karena saya juga pelaku biro perjalanan. Tiga bus saya sudah berkarat bautnya karena sudah lebih tiga bulan tidak jalan. Saya bicara begini berdasarkan kondisi yang ada saat ini,” katanya.
Selain seberapa cepat vaksin ditemukan, kata Solahuddin Nasution, pemulihan pariwisata juga tergantung bagaimana satu negara menangani dampak yang muncul akibat pandemi. “Semakin cepat penanganan suatu negara terhadap dampak Covid-19 ini, maka semakin cepat pula recovery-nya [pemulihannya],” ujar Solahuddin yang juga berprofesi sebagai dosen di Universitas Sumatera Utara (USU) itu.
Menurutnya, saat ini pariwisata pulih pada ruang lingkup lokal, tetapi tidak berefek pada perusahaan biro perjalanan, karena jasa biro perjalanan tidak dibutuhkan pada ruang lingkup ini. “Mereka yang berwisata itu saat ini sifatnya antara daerah. Mereka pergi sendiri dengan kendaraan sendiri tanpa biro perjalanan. Tujuannya tidak jauh-jauh. Bahkan, bisa pulang pergi dalam sehari hanya untuk melepaskan penat saja. Bagi biro perjalanan, ini tidak ada dampaknya. Mungkin untuk hotel ada walau persentasenya kecil,” katanya.
Sebelumnya, Ketua DPD Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (ASPPI) Sumut, Mercy Panggabean, pernah memprediksi bahwa setelah pandemi Covid-19 akan terjadi ledakan kunjungan pariwisata setelah lebih dari empat bulan warga masyarakat tidak bepergian. Namun, itu hanya berlaku bagi wisatawan domestik. “Prediksi saya, setelah pandemi ini kemungkinan besar akan terjadi kunjungan wisatawan yang tinggi. Karena itu, walaupun masih lesu, strategi pemasaran harus tetap dijalankan. Kalau diam dan menunggu saja, tidak akan membawa apa-apa,” ujarnya.
Selain biro perjalanan dan hotel, dampak nyata yang dirasakan akibat pandemi Covid-19 adalah pemandu wisata. Mereka selama ini bergantung pada biro perjalanan yang menggunakan jasa mereka secara lepas. Bila tidak ada paket wisata yang laku melalui biro perjalanan, pemandu wisata juga tidak jalan.
Salah satu pemandu wisata senior, Dearman Damanik, mengakui selama pandemi Covid-19 dia tidak pernah lagi melayani wisatawan. “Nol, takada sama sekali,” katanya kepada HMS. Namun, katanya, dia masih beruntung karena memiliki usaha jualan bahan-bahan pokok rumah tangga di rumahnya sehingga dia bisa menutupi kebutuhan sehari-hari.
Prediksinya, industri pariwisata akan kembali pulih menjelang akhir tahun depan. Namun, sepaham dengan Solahuddin Nasution, kebangkitan pariwisata tidak dapat diprediksi begitu saja. “Walaupun nanti sudah mulai normal, pariwisata tidak akan langsung jalan sebagaimana biasanya, tapi menunggu beberapa saat dulu hingga ekonomi kembali stabil,” ujar Dearman Damanik.