Kamis, 15 Mei 2025
No Result
View All Result
  • Batam
  • Kepri
  • Nasional
  • Eksklusif
  • Feature
  • Kriminal
  • Politik
  • Sejarah
  • Olahraga
  • Entertainment
  • Opini
Becak dayung medan
Tukang becak di Kota Medan, Halomoan Naibaho. (Foto: Tonggo Simangunsong)

Abang Becak Diusir Istri, Boleh Kembali jika Punya Rp3 Juta

27 Agustus 2020

Medan, 339 kata

Tonggo Simangunsong Tonggo Simangunsong
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsApp

Halomoan Naibaho (60), mengumpulkan potongan kayu bekas bangunan dan membakarnya untuk memasak nasi. Bukan di dapur rumah, melainkan di emperan dekat parit di depan Taman Budaya Sumatra Utara (Sumut) di Jalan Perintis Kemerdekaan, Kota Medan, Rabu pagi, 26 Agustus 2020.

Tanpa mengenakan alas kaki, seraya menunggu nasinya masak, Halomoan merapikan kardus-kardus dan cangkir minuman plastik bekas di bagasi becak dayungnya untuk dijual kepada pengumpul barang bekas. Setidaknya dari “usaha sampingan” itu dia bisa mengumpulkan uang Rp5.000 sampai Rp10.000 per hari.

Dia terpaksa menyambi karena penghasilan dari becak dayung tidak lagi dapat diandalkan. Menurut bapak tiga anak ini, akhir-akhir ini penghasilannya sebagai penarik becak tidak seberapa. Apalagi dengan semakin menjamurnya ojek daring, becak dayung tidak lagi dilirik masyarakat, kecuali oleh ibu-ibu yang menaruh rasa iba kepadanya.

Sudah hampir sebulan pula Halomoan tidak lagi tidur di rumah sejak istrinya mengusirnya karena tidak mampu membayar uang kontrakan sebesar Rp3 juta per tahun. Istrinya marah karena uang untuk membayar kontrakan terpaksa dikeluarkan dari tabungan ibu mertuanya. “Tunggu dapat dulu Rp3 juta, baru aku dibolehkan pulang ke rumah. Ini belum terkumpul. Bagaimana mau mengumpulkan, orang pun sudah tidak mau lagi naik becak dayung, makanya aku cari botot sajalah,” katanya.

Berita Lain

Kisah Bocah 3 Tahun yang Selamat dari Pusaran Puting Beliung di Pulau Kasu Batam

Kecam Tindakan Rasmus Paludan, RMAB Ajak Remaja Muslim Batam Boikot Produk Swedia

Mariun Manik Mengembara Demi Cinta

HRS, Kelompok Musik yang Tak Sengaja Tampil di Hadapan Presiden

Halomoan Naibaho melewati hari-harinya di emperan dan menjadikan becak dayung itu sebagai rumahnya. Di becak itu dia merebahkan badan ketika lelah. “Terpaksalah aku tidur di becak ini. Kalau capek, kuganti posisiku kayak gini. Kalau sudah capek lagi, kuganti lagi kayak gini,” katanya sambil mempraktikkan bagaimana dia tidur di dalam becak dayungnya yang sempit itu.

Becak dayung itu ibarat rumah berjalan. Dia berpindah ke mana dia ingin mencari uang. Kadang dia mangkal di kawasan Jalan Setia Budi, Padang Bulan. “Kalau lelah, aku berhenti dan tidur di atas becak,” katanya.

Beberapa penarik becak mesin kadang kala berbelas kasihan kepada Halomoan dan membagikan lauk-pauk saat makan siang. Bahkan, beberapa orang yang melintas memberi dia beras dan uang seadanya untuk menyambung hidup.

Saat ditanya HMStimes.com apakah dia tidak ingin mengganti becak dayungnya menjadi becak mesin, Halomoan bertanya balik, “Dari mana uang kucari membeli becak mesin? Uang kontrakan pun belum dapat sampai sekarang.”

Berita Lain

Little India, Kampung Madras, di Kota Medan. (Foto: Tonggo Simangunsong)

Kampung Madras, Bukti Kehadiran Orang India di Kota Medan

15 November 2020
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumut, Riadil Akhir Lubis. (Foto: Tonggo Simangunsong)

Bantuan untuk UMKM Digulirkan, Pengusaha Dadakan Bermunculan

14 November 2020

IKLAN

Kalau Anda wartawan, tulislah sesuatu yang bernilai untuk dibaca. Kalau Anda bukan wartawan, kerjakanlah sesuatu yang bernilai untuk ditulis.

  • Tentang HMS
  • Redaksi
  • Perusahaan
  • Alamat
  • Pedoman

© 2020 HMStimes.com - Dilarang mengutip dan menyadur teks serta memakai foto dari laman HMS

No Result
View All Result
  • Batam
  • Kepri
  • Sumatra Utara
  • Feature
  • Eksklusif
  • Lowongan Wartawan
  • Kode Perilaku HMS

© 2020 HMStimes.com - Dilarang mengutip dan menyadur teks serta memakai foto dari laman HMS