PT Moya Indonesia resmi mengambil alih pengelolaan sistem penyediaan air minum (SPAM) di Kota Batam, sejak Senin, 14 September 2020. Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam, Rudi, dan Chief Executive Officer PT Moya Indonesia, Selim, telah menandatangani kerja sama pengelolaan SPAM masa transisi.
Masa transisi ini sekaligus akan menjadi bulan-bulan terakhir masa kerja sama dengan PT Adhya Tirta Batam (ATB) yang telah 25 tahun mengelola penyediaan air bersih di Kota Batam. Tepat tanggal 14 November 2020 nanti perjanjian konsesi dengan PT ATB akan berakhir.
Terpilihnya PT Moya Indonesia, kata Rudi, sudah melalui penyeleksian setelah sebelumnya BP Batam mengundang perusahaan PT Bangun Cipta Kontraktor/PT Adhya Tirta Batam, PT Moya Indonesia, PT Pembangunan Perumahan Infrastruktur, dan PT Suez Water Treatment Indonesia. Hasilnya, BP Batam menilai PT Moya Indonesia telah memenuhi standar dari sisi finansial dan teknis.
Rudi mengatakan pemilihan pengelola penyediaan air minum di Kota Batam dilakukan dengan tahap pelelangan. Ada empat PT yang mendaftar, tetapi kemudian ATB mengundurkan diri. “Sehingga tidak mengikuti pertandingan selanjutnya,” katanya. “PT Moya menjadi pelaksana selama enam bulan untuk mengurusi air di Kota Batam ini.”
Tanpa menafikan apa yang telah dilakukan oleh PT ATB selama ini, Rudi menginginkan pengelolaan air di Kota Batam lebih sempurna daripada yang telah dikerjakan PT ATB. “Tidak ada lagi istilah bahasa mati bergilir. Mudah-mudahan ke depan tidak boleh terjadi lagi,” kata Rudi. Hal itu demi hajat masyarakat Batam, katanya, sehingga ia mengambil kebijakan tersebut.
Tentang isu negatif yang berkembang dalam penunjukan PT Moya Indonesia, Rudi mengatakan agar wartawan menuliskan kebenaran, bukan pembenaran. Kadang-kadang, kata Rudi, seolah-olah “ada sesuatu” antara BP Batam dan PT Moya Indonesia hanya karena kabar miring yang beredar di luar.
Sementara itu kepada PT Moya Indonesia, Rudi mengharapkan pelayanan air bisa lebih baik di Kota Batam selama enam bulan ke depan. Dengan tegas ia mengatakan, selama masa transisi tidak boleh ada satu masalah pun di lapangan, baik dalam hal penyediaan, pendistribusian air, maupun pada saat pengalihan kepada masyarakat.
Pada Januari 2021, BP Batam akan membuka lelang kembali untuk menyiapkan kontrak 25 tahun ke depan. “Siapa saja boleh saja masuk pada Januari nanti,” kata Rudi.