Akibat kurangnya pasokan kuota bahan bakar minyak (BBM) jenis bensin Premium, terjadi antrean panjang kendaraan di beberapa SPBU di Kota Batam, Kepulauan Riau. Salah satunya di SPBU Codo, Sagulung, Batam, para sopir rela menunggu lama, bahkan ada yang mengantre sebelum SPBU buka.
Kelangkaan BBM ini berdampak bagi para sopir angkutan umum yang biasanya menggunakan Premium. Contohnya Ringgo (48), sopir angkot di Batu Aji. Dia mengeluhkan sulitnya mendapatkan BBM Premium, yang berpengaruh pada pendapatannya. Waktu yang sedianya dia gunakan untuk mencari penumpang sekarang harus banyak tersita hanya untuk mengantre di SPBU. Kalau dia tidak bisa memperoleh Premium, dia terpaksa membeli jenis Pertalite, yang mengakibatkan pendapatannya berkurang.
“Mau tak mau harus beli. Kalau tidak, enggak bisa nambang kita. Sehari biasanya saya menghabiskan BBM kurang lebih 40 liter. Seminggu sudah 280 liter,” kata Ringgo kepada HMStimes.com, 26 September 2020.
“Saya berharap kalau bisa kuotanya ditambah, tidak seperti ini. Susah kita, Pak, lama kita ngantre. Mana panas, belum lagi cari penumpang. Kita di sini kadang satu jam sampai dua jam. Banyak waktu terbuang. Kita mau naikkan ongkos sembarangan juga tidak bisa,” katanya.
Sopir angkot yang lain, Dodi (41), mengatakan, “Lelah kita antre panjang begini. Maunya kayak biasa, biar enak kita cari penumpang. Kalau soal jumlah pemakaian BBM, saya takbisa perkirakan. Intinya, kalau langka begini sangat berpengaruh ke penghasilan.”
Rizal, pengawas di SPBU Codo, Sagulung, mengakui panjangnya antrean kendaraan di sana disebabkan langkanya Premium. “Pertamina saat ini sudah mengurangi jumlah kuota BBM jenis Premium sekitar 50 persen untuk SPBU, bahkan ada beberapa SPBU yang tidak mendapatkan kuota. Antrean panjang di sini juga karena ada beberapa SPBU yang sudah habis stok, lalu mereka membeli di sini,” katanya kepada HMS.
“Selama kita masih ada stok, kita buka. Setiap hari kita menyediakan delapan ribu liter. Untuk stok segitu, dalam waktu lima sampai enam jam kadang sudah habis. Bahkan, ada juga yang tidak kedapatan,” kata Rizal. “Bisa jadi juga ke depannya kalau kuota SPBU kami untuk BBM jenis Premium ditiadakan, maka untuk Premium kami tidak jual. Semua itu tergantung pusat.”
Roby Hervindo, Unit Manager Communication dan Marketing Operation Region (MOR) 1 Pertamina, mengatakan kepada Fathur Rohim dari HMS bahwa pihaknya sedang dalam program pengendalian konsumsi BBM, yang dilakukan dengan dua cara. Pertama, konsumsinya dikendalikan. Kedua, pihaknya menginstruksikan semua SPBU untuk mengetatkan penyaluran agar tepat sasaran.
“Kalau kita lihat dari tahun-tahun sebelumnya, ini cenderung tidak terkendali sehingga selalu melebihi kuota. Ini banyak disalahgunakan oleh penjual enceran. Beli di satu SPBU lalu disedot, lalu beli lagi di SPBU yang lain, terus dijual eceran. Ini yang menyebabkan over kuota. Akhirnya masyarakat yang membutuhkan susah mendapatkannya,” kata Roby Hervindo. (Muhamad Ishlahuddin, calon reporter HMS)