Ketua DPD Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Sumatra Utara (Sumut), Kus Endro, mempertanyakan data kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) yang masuk ke Sumut sebanyak 99 orang pada Juni 2020 lalu. Menurutnya, angka yang disampaikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut pada 3 Agustus 2020 tersebut tidak realistis dan tidak sesuai dengan fakta yang terjadi di lapangan.
“Pertanyaanku, bagaimana mereka bisa masuk? Sementara di bulan Juni, Malaysia masih melakukan lock down. Di Malaysia tidak boleh keluar dan masuk,” katanya saat dihubungi HMStimes.com, 4 Agustus 2020.
Kus Endro mengatakan angka itu tidak realistis dengan apa yang mereka lihat di lapangan. Sebagai garda terdepan dalam pelayanan wisatawan, khususnya wisman, pihaknya melihat selama pandemi Covid-19 tidak ada arus kunjungan wisman sama sekali. Semua tour guide hanya berdiam diri dan hotel-hotel banyak yang tutup. “Apakah yang dimaksud BPS adalah para ekspatriat?” ujarnya.
Hal yang sama juga disampaikan pramusiwata senior, Dearman Damanik. Menurutnya, angka tersebut cukup mengherankan mengingat pada Mei lalu Menteri Hukum dan HAM telah menerbitkan Peraturan Menteri (Permen) No. 11 Tahun 2020 tentang pelarangan sementara orang asing masuk wilayah negara Indonesia, untuk pencegahan penyebaran virus corona. Di mana dalam pasal dua disebutkan “melarang sementara orang asing untuk memasuki/transit di wilayah Indonesia.” Dearman Damanik berkata, “Bagi yang mengerti, pasti akan tahu kalau angka itu tidak masuk akal.”
Keheranan Dearman bukan tanpa alasan. Dari pengamatannya sebagai praktisi pariwisata yang sering mengikuti pelatihan dari Kementerian Pariwisata dan sebagai asesor di bidang pramuwisata, sampai saat ini Bali masih mengupayakan agar Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. 11 tahun 2020 tersebut dicabut. Namun, sampai saat ini Bali masih hanya membuka kunjungan wisatawan domestik sejak 31 Juli 2020. Bila nantinya peraturan itu dicabut, maka Bali sebagai barometer pariwisata Indonesia akan mulai dikunjungi wisman dan Danau Toba sebagai salah satu “Bali baru” akan terkena imbasnya. “Bila Bali sudah dibuka untuk wisman, maka orang-orang di Sumut juga akan ikut senyum, artinya wisman juga akan datang ke Sumut,” katanya.
Sementara itu, Ketua DPD Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (ASPPI) Sumut, Mercy Panggabean, mengatakan sepanjang Juni 2020 penurunan kunjungan wisman ke Sumut mencapai 100 persen, yang berarti tidak ada tamu, terutama yang berasal dari luar negeri, berkunjung ke Sumut. Selain karena masih diberlakukannya lock down di beberapa negara tetangga, seperti Malaysia, salah satu destinasi wisata di Sumut, yaitu Pulau Samosir, baru dibuka untuk domestik sejak 1 Juli 2020 lalu. “Wisatawan pada Juni sama sekali anjlok. Sekarang hotel-hotel di Parapat dan Berastagi dari Juli full, tapi yang datang wisatawan domestik dari Medan dan sekitarnya. Mereka direct langsung ke hotel, tidak melalui [agen] travel,” kata Mercy ketika dihubungi HMStimes.com, 4 Agustus 2020.
Saat ini, kata Mercy, wisatawan domestik mulai berdatangan ke Sumut sejak Juli lalu. Wisatawan itu berasal dari sekitar Medan. Sedangkan untuk wisatawan dari kota lain, seperti Jakarta, masih tergolong sedikit. “Ini dikarenakan tamu-tamu yang masuk sifatnya per keluarga, bisa 2 orang atau maksimal 5 orang dan saling kenal, menghindari penularan Covid-19. Mereka adalah wisatawan rombongan dan sudah saling mengenal,” katanya.
Sebelumnya, 3 Agustus 2020, Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut merilis data jumlah wisman Sumut sebanyak 99 orang pada periode Juni 2020. Jumlah ini meningkat dari satu orang wisman pada periode Mei. “Pada bulan yang sama tahun 2019, jumlah wisman ke Sumut mencapai 21.143 kunjungan. Wisman terbanyak tetap berasal dari Malaysia. Dari 99 orang itu, 75 orang di antaranya dari negeri jiran itu,” kata Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Provinsi Sumut, Dinar Butarbutar, kepada wartawan di Medan.