Badan Pengusahaan (BP) Batam melakukan penanaman 100 pohon bersama dengan komunitas pencinta lingkungan hidup Akar Bhumi Indonesia di kompleks Kaveling Senjulung, Kelurahan Kabil, Kecamatan Nongsa, Kota Batam, Kepulauan Riau, Sabtu, 24 Oktober 2020.
Dalam kegiatan itu Sekretaris Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Republik Indonesia yang juga anggota Bidang Kebijakan Strategis BP Batam, Enoh Suharto Pranoto, mengatakan, “Dari kalkulasi kami, dari perencanaan sumber air yang ada sekarang ini, masih ada Tembesi, Galang, dan sebagainya, kita proyeksikan sampai 2024 masih tercukupi.”
Menurutnya pemerintah sudah memiliki perencanaan jangka pendek dan jangka panjang untuk mengoptimalkan kebutuhan air bersih di Kota Batam agar tetap terpenuhi. “Ada beberapa opsi yang sudah disiapkan perencanaannya. Mungkin kita nanti akan mengembangkan dam di Rempang,” katanya.
Selain itu, sumber air juga akan didatangkan dari luar Batam, seperti Lingga. “Menurut analisis, [di Lingga] air tersedia sekitar 2.300 sampai 2.400 liter per detik. Tapi prioritas utama mengoptimalkan sumber-sumber air baku yang ada di Batam,” katanya.
Pencinta lingkungan hidup dari Akar Bhumi Indonesia, Henrik Hermawan, mengatakan keresahannya akan kerusakan hutan di Batam yang memengaruhi produksi air sebagai kebutuhan pokok. “Dari tahun 2014 kita merasakan bagaimana kesusahan air di Batam. Itulah kenapa kami prihatin seperti kasus pembalakan liar. Hanya inilah harapan Batam, karena Batam hanya tergantung dengan air hujan,” katanya kepada HMS.
Henrik juga prihatin dengan penjagaan hutan di Batam yang menurutnya lemah sehingga dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk kepentingan pribadi. “Untuk pembalak liar, jangan sampai [kepentingan] ekonomi segelintir orang merugikan banyak orang,” ujarnya.
Dia mengatakan Akar Bhumi Indonesia telah melakukan konservasi di daerah Tanjung Piayu, Kecamatan Sungai Beduk. “Kami sudah melakukan konservasi hutan lindung di Tanjung Piayu seluas 50 hektare, dan tiga tahun ke depan kami akan tambah terus,” kata Henrik Hermawan.