Memasuki semester II tahun 2020 tingkat penghunian hotel di Kota Batam, Kepulauan Riau (Kepri), masih berada pada angka di bawah sepuluh persen. Kondisi itu tidak berbeda jauh dengan masa awal pandemi Covid-19 pada bulan April lalu hingga Juni 2020.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Batam, Mansyur, menuturkan dari 75 hotel yang tutup akibat pandemi Covid-19 pada semester I lalu, kini tinggal lima hotel saja yang belum beroperasi. Namun, angka penghunian hotel stagnan. “Kita masih sekarat,” kata dia kepada HMStimes.com, Senin, 27 Juli 2020.
Mansyur mengatakan industri perhotelan yang masih berada di titik terendah ini memang memancing persoalan lain yang mengancam eksistensi hotel yang ada, mulai pemotongan gaji karyawan hingga 50 persen, aksi mogok karyawan karena menuntut upah, hingga ancaman operasional hotel yang terpaksa dihentikan akibat sepinya tamu. Contohnya, baru-baru ini sejumlah karyawan Harmoni One Hotel melakukan mogok kerja karena gaji yang mereka terima hanya 50 persen. Itupun dibayarkan bertahap, dua kali.
“Kondisinya memang sedang tidak baik untuk industri perhotelan. Apa yang dilakukan pengelola hotel saya pikir itulah yang terbaik. Karyawan kami minta bersabar karena kondisi pandemi tidak mendukung industri perhotelan,” kata Mansyur.
Mansyur berharap ada dukungan maksimal dari pemerintah untuk mendukung industri perhotelan di Batam, seperti dukungan insentif yang dijanjikan sebelumnya, mendorong hadirnya wisman dan ekspatriat untuk mendukung peningkatan penghunian hotel, dan mendorong percepatan realisasi kegiatan meeting di berbagai daerah, termasuk Batam.
Industri pariwisata dan manufaktur yang mengalami penurunan akibat Covid-19 diakui Mansyur memberi dampak signifikan terhadap tingkat penghunian hotel di Batam. Selama ini banyak tamu hotel di Batam adalah ekspatriat yang bekerja di sejumlah kawasan industri di Batam.
Anggota Komisi II DPRD Kota Batam, Sahat Tambunan, menuturkan kelonggaran syarat keluar masuk orang ke Batam menjadi hal yang harus diperhatikan. Selama ini keluar masuk orang ke Batam masih terbilang sulit jika dibandingkan dengan daerah lain.
“Geografis Batam dan Kepri yang terdiri atas daerah kepulauan membuatnya tidak bisa disamakan dengan daerah lain. Tapi memang syaratnya [keluar masuk Batam] harus dipermudah,” kata Sahat Tambunan.