Pada masa pandemi Covid-19 saat ini semua sekolah menerapkan sistem belajar jarak jauh dengan menggunakan internet. Guru dan murid harus beradaptasi dengan kebijakan pemerintah ini. Namun, masih banyak kendala yang dikeluhkan masyarakat, seperti kurangnya jaringan internet di tempat-tempat terpencil, dan tidak semua orang memiliki telepon pintar. Contohnya di Belongkeng, Kelurahan Rempang Cate, Kecamatan Galang, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau.
Koneksi internet di sana tidak lancar, dan masih banyak masyarakat golongan menengah ke bawah yang tidak memiliki telepon cerdas. Akan tetapi, hal ini tidak menyurutkan semangat para guru di Sekolah Dasar Negeri 016 Galang, Desa Belongkeng, untuk memberikan pendidikan yang layak kepada murid. Para guru di sana memiliki solusi.
Sutrisno, kepala sekolah itu, mengatakan orang tua murid diminta datang ke sekolah setiap hari Senin untuk mengambil buku atau modul, lengkap dengan tugas di dalamnya. Kemudian orang tua datang lagi ke sekolah setiap hari Sabtu untuk mengumpulkan tugas yang sudah dikerjakan anaknya.
“Bagi murid yang tidak mengambil buku pembelajaran, akan diantarkan langsung ke rumahnya oleh guru,” katanya kepada HMStimes.com, 22 September 2020.
Sutrisno mengatakan, selama belajar di rumah, murid akan dibimbing oleh orang tuanya. Namun, minimnya pengetahuan orang tua membuat mereka kesulitan mengajari anak-anaknya. Akhirnya, pihak sekolah memberikan solusi bagi para orang tua dan murid yang merasa kesulitan dalam materi pembelajaran, yaitu dengan memperbolehkan mereka datang ke sekolah dengan catatan mematuhi protokol kesehatan.
Para guru, yang terdiri dari lima guru berstatus pegawai negeri sipil, termasuk kepala sekolah, dan empat guru honorer, selalu datang ke sekolah dari hari Senin sampai Sabtu mulai pukul 07.30 pagi sampai dengan pukul 12.00 siang. Mereka selalu berada di sekolah dan siap jika muridnya datang untuk bertanya mengenai materi pelajaran.
“Ada juga beberapa orang tua dan murid bertanya melalui grup WhatsApp yang sudah kami buatkan per kelas. Tapi tetap saja susah jaringan internetnya. Jadi, mereka datang ke sini juga,” kata Sutrisno.
Menurut Arwani, guru kelas 4, biasanya pada hari Senin orang tua yang datang ke SD itu sangat banyak. “Itu menjadi pengalaman tersendiri selama mengajar di musim pandemi ini. Saat cuaca buruk, kami pernah mendatangi rumah murid dan mengantarkan materi pembelajaran ketika hujan lebat,” katanya.
Nurman, guru kelas 3, mengatakan kalau ada murid yang mendapatkan nilai 100, guru perlu curiga. “Kami panggil, kami tanyakan, nanti malah orang tuanya yang mengerjakan. Kami mau anak yang pintar, bukan orang tuanya. Kadang ada juga orang tua yang tidak datang mengambil buku materi pembelajaran dan tugas. Kami datangi, kami tanyakan kendalanya apa, kami panggil orang tuanya ke sekolah,” katanya.
Salah seorang wali murid, Subagja (40), yang sehari-hari bekerja sebagai nelayan, mengatakan kepada HMS bahwa sejauh ini tidak ada kendala dalam mengajari anaknya di rumah. “Kawannya datang ke sini belajar bersama,” ujarnya. Kadang kalau ada yang tidak dipahaminya, dia meminta anaknya pergi ke sekolah untuk bertanya kepada gurunya. Menurutnya itu solusi yang diberikan sekolah kepada para wali murid.
Alyani (10), murid kelas 4 SD, anak dari Subagja, mengatakan selama belajar di rumah dia mengalami kesulitan dalam pelajaran matematika dan olahraga. “Olahraga susah karena takbisa praktik di lapangan, cuma teori saja. Alyani sukanya belajar agama dan seni budaya. Maunya cepat masuk sekolah lagi, senang sekolah, ketemu teman-teman, sudah rindu ke sekolah,” katanya.
Nafsah (34), seorang ibu rumah tangga, mengatakan sering mengajari anaknya selama belajar di rumah, dan kadang dibantu kakaknya yang sudah duduk di bangku SMP. “Kalau saya tidak mengerti, saya suruh kakaknya. Kalau kami tidak ada yang mengerti, baru saya suruh ke sekolah,” katanya.
Wansariani (9), anak dari Nafsah, murid kelas 3 SD Negeri 016 Galang, mengatakan lebih menyukai pembelajaran tatap muka di sekolah. Dia menyukai pelajaran matematika, tetapi merasa kesulitan kalau belajarnya hanya di rumah. (Muhamad Ishlahuddin, calon reporter HMS)