Jalan menuju ke Desa Silimalombu, Kecamatan Onanrunggu, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatra Utara, yang biasanya sepi, dilintasi sejumlah mobil berpelat merah pada 11 Agustus 2020. Seorang wartawan lokal, Kasih Sayang Sori Tua Manurung (42), melihat mobil pejabat itu beriringan. “Saya ikutilah mobil itu,” kata Kasih Sayang lewat telepon kepada HMStimes.com, 21 Agustus 2020.
Rombongan pejabat memasuki kawasan CV. Pembangunan Nada Jaya, perusahaan pemecah batu dan tambang galian C milik Jautir Simbolon, pengusaha yang notabene abang kandung Bupati Samosir. Beberapa petugas keamanan tampak berjaga-jaga menyambut para pejabat itu. Sebagai wartawan, Kasih Sayang Manurung penasaran. Dia melihat beberapa orang turun dari mobil, antara lain pejabat pemerintah setempat bersama dengan petugas Penegakan Hukum (Gakkum) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Kasih Sayang Manurung mendekati lokasi, tetapi dicegah oleh petugas keamanan perusahaan yang memintanya memperlihatkan surat tugas peliputan. Kasih Sayang menunjukkan kartu pers dan menyarankan petugas sekuriti itu menelepon kantor redaksi medianya. Dia juga mengatakan setiap wartawan bebas meliput di mana saja. Akan tetapi, petugas sekuriti menjawab, “Tidak bisa, Bang, nanti saya salah.”
Kemudian Kasih Sayang meminta supaya dirinya bisa bergabung dengan rombongan pejabat yang sudah berada di dalam kawasan perusahaan. Petugas sekuriti perusahaan itu pergi menghampiri rombongan untuk menanyakan bisa atau tidak Kasih Sayang bergabung, dan kemudian kembali membawa jawaban, “Tidak bisa, karena para pejabat itu sedang berbicara.”
Akhirnya Kasih Sayang tidak bisa mendekati para pejabat Gakkum untuk melakukan liputan atau wawancara. Setelah dari lokasi tambang galian C, rombongan Gakkum langsung melanjutkan perjalanan tugas ke Desa Ronggurnihuta dan Tele. “Kondisi kendaraan kami juga sedang tidak memungkinkan,” kata Kasih Sayang kepada HMS.
Pada 14 Agustus 2020, Kasih Sayang Manurung menerima panggilan telepon dari Jautir Simbolon. “Saya duga yang menelepon itu si Jautir selaku abang Bupati,” kata Kasih Sayang kepada HMS. Pada saat berbicara via telepon itulah Jautir berkali-kali memaki si wartawan.
“Halo. Direktur Pembangunan Nada Jaya,” kata Jautir Simbolon dalam percakapan lewat ponsel tersebut.
“Dengan Bapak siapa ini, Pak?” kata Kasih Sayang Manurung.
“Halo,” kata Jautir.
“Dengan siapa ini, Pak?” kata Kasih Sayang.
“Pakai bahasa Batak saja kau,” kata Jautir.
“Maaf, nama Bapak siapa?” kata Kasih Sayang.
“Sudah kubilang direktur CV. Pembangunan Nada Jaya,” kata Jautir.
“Saya tidak tahu namanya [Anda],” kata Kasih Sayang.
“Kau pergi ke Silimalombu. Katanya kau bentak-bentak anggotaku karena kau tidak bisa masuk. Memangnya kenapa kalau kau tidak bisa masuk, apa urusanmu? Heang! Babi!” kata Jautir.
“Saya tidak ada membentak,” kata Kasih Sayang.
“Katanya kau membentak-bentak anggotaku. Rojan! Pukkimakmu! Babi! Kurang ajar! Kenapa kau bentak-bentak anggotaku di sana?” kata Jautir.
“Kami hanya bertanya sebagai wartawan,” kata Kasih Sayang.
“Diam mulutmu!” kata Jautir.
“Oh, begitu, baiklah,” kata Kasih Sayang.
Ucapan Jautir Simbolon yang berisi kata-kata makian itu direkam oleh Kasih Sayang Manurung, dan HMS memperoleh salinan audionya dari si wartawan. Menurut Kasih Sayang, Jautir masih kembali menelepon dirinya pada hari yang sama.
Dalam rekaman telepon kedua itu juga terdengar suara Jautir memaki Kasih Sayang. Setelah Kasih Sayang mengatakan, “Kalau seperti itu penilaian Bapak, saya tidak tahu lagi,” Jautir segera berkata, “Bukan bapakmu saya, heang! Ah, bukan bapakmu saya, heang!” Hingga percakapan itu selesai, sedikit pun si wartawan tidak membalas berbicara kasar kepada Jautir.
Atas caci maki yang diucapkan Jautir Simbolon terhadap dirinya, Kasih Sayang Manurung telah melaporkannya kepada Polres Samosir. “Itu menghina profesi jurnalis,” kata Kasih Sayang kepada HMS.
Tentang penulisan “direktur CV. Nada Jaya” sebagai terlapor dalam surat tanda terima laporan polisi, Kasih Sayang mengatakan hal itu sebagai kekhilafan. “Lupa dia membikin Pembangunan di depan itu. Harusnya CV. Pembangunan Nada Jaya,” katanya.
HMStimes.com menghubungi nomor ponsel yang digunakan Jautir ketika memaki Kasih Sayang, dan panggilan itu dijawab oleh istri Jautir, “Tidak ada. Lagi rapat.”
Sekitar dua jam kemudian HMS menelepon kembali, dan Jautir menjawabnya. HMS mengatakan kepadanya bahwa menurut berita, “Bapak memaki wartawan, begitu. Kayak mana cerita sebenarnya, Pak?” Lalu HMS juga mengatakan ada liputan di sebuah media daring yang memberitakan dirinya dilaporkan kepada polisi gara-gara hal itu. Kemudian dia meminta HMS menyebutkan media yang mana. “Nanti baru telepon lagi ya, oke,” kata Jautir, lalu menutup telepon.
Seperti yang dia minta, HMS pun menyampaikan tautan berita media tersebut lewat pesan WhatsApp kepada Jautir. Setelah melihat pesan itu, dia langsung memblokir nomor wartawan HMS.
Dengan menggunakan nomor WhatsApp yang lain, HMStimes.com kembali menghubungi Jautir lewat pesan instan, dan menyampaikan bahwa HMS memiliki bukti rekaman panggilan telepon antara dirinya dan si wartawan yang dimaki-makinya. Akan tetapi, Jautir tetap tidak menjawabnya, dan justru kembali memblokir nomor HMS.