Putra Siregar (25) kini menjadi pengusaha sukses asal Kota Batam, Kepulauan Riau (Kepri). Ia menjadi sosok yang cukup menginspirasi kalangan generasi muda di Indonesia. Kariernya dimulai dalam bidang usaha jual beli ponsel sekitar tahun 2014 di Kota Batam. Beberapa tahun kemudian, bisnis yang ia bangun itu berkembang hingga ke Jakarta dan beromzet miliaran rupiah.
Salah satu kisah tentang perjalanan hidup pengusaha muda ini datang dari Sukir alias Ganjut (45), pemilik warung sarapan kaki lima, dekat salah satu gerai utama PStore, milik Putra Siregar, yang terletak di Jalan Laksamana Bintan No. 1, Sei Panas, Kota Batam. Menurut Sukir, perjuangan Putra masih melekat di ingatannya. Kesuksesan Putra hingga menjadi besar seperti saat ini dimulai dari usaha kerasnya yang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sukir menjadi saksi hidup bagaimana Putra yang juga berprofesi sebagai Youtuber ini jatuh bangun merintis usahanya.
Menurut cerita Sukir, selepas lulus sekolah menengah atas (SMA) di Pematangsiantar, Sumatra Utara (Sumut), Putra langsung merantau ke Batam untuk mengadu nasib. Pada masa itu, Putra sempat menganggur sejenak sambil memikirkan jenis usaha yang tepat. Akhirnya Putra mengisi waktu luangnya dengan berjualan buah di Pasar Jodoh, Batam.
“Aku masih ingat dulu Putra datang ke Batam, ngelihat ponselnya itu, mau ketawa lihatnya. Masih butut kali, diikat-ikat karet. Eh, sekarang malah jadi paling sukses usaha dagang ponsel. Tapi sebelum usaha ponsel itu, anak ini [Putra] pernah jualan buah,” kata Sukir kepada HMStimes.com, 30 Juli 2020.
Sukir tidak dapat mengingat pasti tahun berapa tepatnya Putra Siregar mulai bekerja sebagai pedagang buah di pasar. Menurutnya, itu berlangsung sekitar tahun 2013 hingga 2015. Usaha itu dimulai Putra dengan menjadi kuli panggul, dan kemudian Putra mendapat kepercayaan bos untuk membantu menjualkan buah-buahan milik orang lain. Sayangnya, kata Sukir, saat usaha berdagang buah di pasar itu berlangsung, perjalanan Putra pun ternyata tidak semulus yang dibayangkan orang-orang. Lapak buah Putra di Pasar Jodoh, Batam, sering jadi korban penggusuran oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Masa-masa itu, pemerintah tengah gencar-gencarnya merevitalisasi pasar. “Dia itu mulai karier tanpa harta sepeser pun. Sikap kemandirian dan kerja keras mencari pekerjaan sana-sini demi mendapatkan sesuap nasilah yang mengantar rezeki datang mengalir deras kepadanya,” ujar Sukir.
Hingga akhirnya, sampailah pada masa Putra diajak salah satu kenalannya untuk memulai bisnis berdagang ponsel seken dari Singapura. Pekerjaan sebagai pedagang buah di pasar yang sedang dilakoninya itu pun akhirnya ditinggalkan. Saat itu, Putra tidak hidup sendirian, karena telah menikah dengan istri pertamanya bernama Indri, dan memiliki seorang anak laki-laki. Masa itu, bisnis jual beli ponsel bekas dimulai Putra dengan berjualan dari rumah kontrakannya di kompleks Masyeba Gading Mas, Batam Kota. Saat itu, Putra memasarkan ponsel dagangannya melalui internet di akun media sosial pribadinya. Tapi siapa sangka, trik berjualannya itu ternyata berhasil dan dagangannya pun laris manis.
Ketika usahanya sedang menanjak, sedikit permasalahan bermunculan menerpanya, seperti pemilik kontrakan yang mulai menaikkan uang sewa, hingga protes sejumlah warga yang merasa terganggu dengan ramainya para pembeli ponsel keluar masuk kompleks sampai larut malam. “Dulu dia jualan ponsel itu sama istri pertamanya, dari rumah sampai ke emperan. Sekarang anaknya itu sudah besar, sudah SD. Anaknya tiga, dua laki-laki dan satu perempuan,” ujar Sukir.
Menghindari perselisihan dengan sejumlah warga, Putra pun akhirnya mengalah dan memutuskan berjualan di luar kompleks. Karena belum cukup modal untuk menyewa ruko, Putra berinisiatif untuk menjajakan ponselnya di emperan ruko di Jalan Laksamana Bintan. “Wah, rupanya makin laris dagangannya di emperan itu. Sempat bermasalah juga dengan RT sini, tapi tidak separah yang di kompleks,” kata Sukir.
Berselang setahun kemudian, Putra Siregar akhirnya memberanikan diri menyewa ruko, tempat ia mengemper dulu. Dari sana, usahanya semakin menanjak setelah toko pertamanya itu dibuka. Alhasil, ia merekrut beberapa karyawan sebagai pekerja pemasaran. Salah satunya ialah anak Sukir, Rizki Pratama. “Anak saya marketing nomor satu di PStore, [namanya] Rizki Pratama. Kesayangan Putra pokoknya. Karena mereka sukses, anak saya sampai dibelikan rumah sama Putra. Sekarang gerai mereka sudah di mana-mana. Sekarang, anak saya nge-handle PStore yang di Pekanbaru,” katanya.
Seolah tidak ingin lupa kisahnya dulu, Putra masih menjajakan buah di bagian depan gerai utama PStore Batam sampai saat ini. Buah-buahan tersebut wajib dibeli pengunjung yang hendak masuk ke dalam toko ponsel, baik untuk membeli ponsel ataupun hanya sekadar melihat-lihat. “Mungkin karena dulu jualan buah makanya ditaruh buah di situ,” ujar Sukir.
Diwawancarai secara terpisah, Muhammad Amin (36), orang kepercayaan Putra Siregar, mengatakan dagangan buah di depan gerai PStore tersebut bukanlah milik Putra, melainkan milik anak salah satu mantan pejabat di Kota Batam. Lapak buah-buahan itu didirikan bukan untuk alasan bisnis, melainkan sebagai upaya mereka dalam penerapan protokol kesehatan semasa pandemi Corona-19.
Berdasarkan pantauan HMStimes.com, toko ponsel milik Putra Siregar, tersangka dalam kasus kepabeanan, ini terlihat masih aktif beroperasi seperti biasa. Beberapa pengunjung bergantian keluar masuk toko. Pengunjung diwajibkan membeli buah yang dijajakan di meja kayu berukuran cukup panjang dan berwadahkan keranjang yang tertutup sebagian. Salah seorang konsumen PStore, Fredyando, mengaku sedikit heran dengan keharusan membeli buah sebelum masuk ke dalam toko. Kendati demikian, ia merasa tidak ada pilihan lain dan tetap berbelanja di toko milik Putra Siregar tersebut. “Ya tidak masalah. Lagian kita juga lagi nyari ponsel. Kalau di tempat lain, kan, mahal. Kalau di sini murah-murah,” katanya kepada HMS.