Seorang mahasiswi di Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau, mengaku memperoleh uang palsu Rp50.000 sebagai bayaran untuk jualannya di internet.
Menurut mahasiswi yang memiliki pekerjaan sampingan sebagai pedagang daring ini, tiga hari lalu dia mendapat order lewat Instagram. Barang yang dipesan oleh pembeli adalah tas dan baju dengan harga seluruhnya Rp335.000 dengan sistem bayar belakang. Kemudian seorang kurir datang ke rumahnya untuk mengambil barang pesanan.
“Kurir ini kayak nalangin duluan uang aku sebesar Rp300.000 lebih,” katanya kepada HMStimes.com, yang menemuinya di tempat tinggalnya di perumahan Pondok Permata, Sagulung, Batam, pada 1 September 2020.
Mahasiswi yang minta namanya tidak ditulis ini mengatakan dirinya menerima bayaran berupa uang tunai dari si kurir. Kemudian dia memberikan barang pesanan, dan kurir pun pergi meninggalkannya. Pada saat itu dia belum sadar bahwa salah satu dari uang kertas yang diterimanya ternyata uang palsu.
Ketika hendak memasukkan uang itu ke dalam dompetnya, barulah dia mulai menaruh curiga. “Saya merasa aneh dan membandingkannya dengan uang yang sejenis,” katanya.
Ternyata ukuran dan jenis kertas uang palsu itu berbeda dengan uang Rp50.000 yang asli. “Untuk memastikannya lagi, saya mencoba merendamkan uang tersebut ke dalam air, dan hasilnya warna dari uang itu luntur,” ucapnya.
Setelah sadar tertipu, dia langsung menghubungi kurir lewat telepon dan mengatakan bahwa salah satu uang pemberian kurir adalah palsu. Namun, kurir mengaku tidak tahu akan uang palsu itu. Akhirnya si mahasiswi hanya bisa menyarankan agar kurir lebih berhati-hati dalam melakukan transaksi, baik membayar maupun menerima bayaran.
Pada 1 September 2020, HMStimes.com mencoba menggunakan uang palsu Rp50.000 tersebut untuk melihat sejauh mana pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam mengenali uang palsu. HMS sengaja memakai uang palsu itu saat berbelanja di satu toko swalayan dan penjual kue di sekitar kantor redaksi HMS di Batu Aji, Batam. Ternyata kedua pedagang tahu bahwa uang yang diberikan HMS bukan uang asli. Mereka mengenalinya dari warnanya yang berbeda, dan juga ukurannya yang lebih kecil daripada ukuran uang asli. (Mangaraja Pandiangan, calon reporter HMS)