Dua pekan menjelang perayaan Iduladha, harga ayam potong mengalami kenaikan. Sementara itu, harga beberapa komoditi bumbu dapur tampak stabil dan belum mengalami lonjakan sedikit pun, seperti dipantau HMSTimes.com di Pasar Botania I, Belian, Kecamatan Batam Kota, Batam, Kepulauan Riau (Kepri), pada 15 Juli 2020.
Harga ayam potong mengalami kenaikan sejak sepekan terakhir. Sebelumnya, harga ayam potong dipatok Rp35 ribu per kilogram dan kini menjadi Rp38 ribu per kilogram. Harga ini berlaku untuk ayam potong segar. “Kalau ayam bulat yang masih utuh dan belum dibersihkan isi perutnya, harganya masih normal, Rp35 ribu per kilogram. Untuk ayam es [beku], enggak tahu juga karena saya enggak jual ayam es,” kata Salim, salah seorang pedagang.
Berbeda dengan ayam potong, harga komoditi bumbu dapur seperti cabai merah, bawang merah, dan sayur-sayuran relatif normal. Saat ini harga jual cabai merah yakni Rp28 ribu per kilogram, sama dengan harga jual cabai rawit. Hal ini dikarenakan melimpahnya hasil tanam di Pulau Jawa yang mengakibatkan tidak terjadinya kenaikan harga.
Harga santan juga terlihat masih normal. Namun, pandemi covid-19 sempat membuat omzet penjualan santan menurun hingga sepuluh persen. Peningkatan penjualan pun belum terjadi meskipun sudah mendekati hari raya Iduladha. “Sekarang belum ramai, masih biasa saja. Sehari pendapatan kami bisa sampai Rp15 juta. Tapi kalau mendekati lebaran bisa lima kali lipat,” kata Andi, salah seorang pedagang santan.
Meningkatnya penjualan menjelang Lebaran juga terjadi pada pedagang bumbu giling, yang mampu meraih hingga Rp18 juta. Jumlah ini melesat tiga kali lipat dibandingkan hari biasa yang hanya mencapai Rp4 juta hingga Rp6 juta setiap harinya. “Menjelang Lebaran, rata-rata masyarakat membeli bumbu giling. Paling banyak dibeli itu bumbu rendang dan gulai. Antrenya sudah mulai padat dua hari sebelum hari raya,” kata Afrianto, pedagang bumbu giling.
Kendati mengalami kenaikan omzet menjelang hari raya, Afrianto juga mengaku terkena imbas penyebaran covid-19. Beberapa bulan terakhir penjualan bumbu gilingnya mengalami penurunan drastis. Hal ini dikarenakan banyaknya rumah makan yang mengalami sepi pembeli sehingga permintaan bumbu giling dari rumah makan berkurang. Pendapatan Afrianto hanya mencapai Rp3 juta setiap hari selama pandemi berlangsung.