Anggota DPRD Provinsi Sumatra Utara dari daerah pemilihan Nias, Thomas Dachi, menolak dengan tegas rencana pemberlakuan isolasi transportasi udara dan laut dari dan ke Pulau Nias. Menurut politisi Gerindra itu, isolasi transportasi akan melumpuhkan perekonomian masyarakat di Nias.
“Menekan angka penyebaran Covid-19 itu ada benarnya, tapi Covid yang mau ditangani hanya beberapa orang. Tapi kalau isolasi transportasi, itu semua masyarakat dari semua kabupaten akan mati semua,” kata Thomas Dachi kepada wartawan di ruang kerjanya di gedung DPRD Sumut di Jalan Imam Bonjol, Kota Medan, Selasa, 15 September 2020.
Bahkan, dia khawatir jangan sampai masyarakat di Nias rusuh apabila rencana isolasi direalisasikan. “Waktu pertama kali stop kapal dan penerbangan ke Nias, apa kata masyarakat di Nias, ‘Jangan bunuh kami. Lebih bagus kami mati dengan corona daripada mati enggak makan.’ Saya khawatir nanti masyarakat akan membakar kantor pemerintahan,” kata Dachi.
Menurut dia, tanpa isolasi pun ekonomi masyarakat di Pulau Nias masih sulit. Apalagi dengan diberlakukannya nanti isolasi transportasi, maka ekonomi masyarakat di sana akan semakin terpuruk.
Katanya, sejauh ini ekonomi Nias masih tergantung dari arus perdagangan dari daerah lain, seperti Sibolga dan Sumatra Barat. “Nias itu belum mandiri dalam hal ketahanan pangan, masih disuplai dari Sibolga dan Padang. Kalau disetop, bahaya itu,” katanya. Karena itu, dia meminta Gubernur Sumut mempertimbangkan dengan matang rencana isolasi tersebut.
Bagi Thomas Dachi, kelangsungan ekonomi masyarakat Nias lebih penting daripada penanganan Covid-19 yang dinilai kurang berpihak kepada masyarakat secara menyeluruh. Dia menyarankan solusi terbaik ialah memperketat protokol Covid-19, antara lain memperketat arus masuk ke Nias.
“Jangan diganggu alur perekonomian. Sebaiknya protokol yang diperketat, sebab sejauh ini masih terbiasa dengan zona hijau sehingga cuek dengan protokol. Kalau masalah zona merah, tidak lebih merah Nias daripada Medan, Siantar, atau Simalungun,” katanya.