Foto Carlos Melgares terpampang di sebuah perempatan di Pangururan, ibu kota Kabupaten Samosir, Sumatra Utara, pada pertengahan Desember 2019 lalu. Itulah foto pria berdarah Spanyol yang meramaikan pilkada Samosir, yang dijadwalkan berlangsung pada September 2020.
Beberapa waktu lalu HMStimes.com pernah bertemu dengan Carlos di sebuah kedai kopi di kawasan Ringroad Road, Medan. Saat itu dia ingin memenuhi panggilan dari DPW Partai Nasional Demokrat (NasDem) Sumatra Utara, yang mengusung tiga nama untuk pilkada Samosir. “Dari beberapa nama yang mencuat dari NasDem, nama saya salah satunya,” ujarnya.
Satu televisi swasta nasional pernah memberitakan Carlos yang mau menjadi calon Bupati Samosir. Mungkin karena dia bule, namanya pun jadi perbincangan. “Beberapa hari lalu saat kami ke Samosir, kami mampir dulu dalam perjalanan. Lalu orang-orang melihat saya. ‘Hei, Bapak yang ada di TV itu.’ Nama saya lumayan dikenal karena pemberitaan itu,” kata Carlos, pria kelahiran Granada, Spanyol.
Keinginan maju menjadi bupati di Samosir, kata Carlos, bukan datang begitu saja. Salah satu alasannya ialah Samosir sudah melekat dalam dirinya sejak dia menikah dengan perempuan berdarah Batak dari Samosir, seorang boru Malau. Saat menikahi boru Batak itulah dia diberi marga Simbolon. Kabupaten Samosir sudah seperti kampung halaman kedua baginya setelah Granada.
Sekarang Carlos tinggal di Jakarta tapi sesekali kembali ke Samosir bila ada acara keluarga dan adat di kampung halaman istrinya. Di Jakarta ia mendirikan perusahaan agen tenaga kerja.
Dalam beberapa kali pertemuan dengan keluarga, dia melontarkan niatnya maju dalam pilkada Samosir, dan ternyata keluarganya mendukung.
Di pihak lain ada juga komentar miring, seperti, “Kenapa harus orang luar memimpin Samosir?” Dia pernah mendengar itu dan melihat beberapa orang di Facebook berkomentar seperti itu. “Namun, saya juga mendapat dukungan dari banyak orang, apalagi dari orang Batak di Samosir yang tahu bagaimana kondisi politiknya. Saya hanya berharap bisa menjadikan Samosir lebih maju,” ujarnya.
Meski mendapat kritikan, Carlos tetap ingin mencalonkan diri sebagai Bupati Samosir. Jika NasDem memberi restu, langkah selanjutnya adalah menyiapkan amunisi untuk terjun langsung ke masyarakat. Akan tetapi, dia tidak ingin bermain politik uang. Itu bukan berarti ia tidak akan mengeluarkan uang untuk biaya kampanye. Tapi, jika harus membayar masyarakat agar memilihnya, kata Carlos, “Tidak, tidak akan pernah.”
Pada Juli 2020, langkah politik Carlos terhenti setelah DPP NasDem mengeluarkan rekomendasi kepada Vandiko Gultom dan Martua Sitanggang untuk maju di pilkada Samosir 2020.
“Saya sangat kesal dengan sikap oknum tertentu di DPC Partai NasDem Samosir. Ketika saya mengikuti fit and proper test di Kabupaten Samosir, ada tiga nama yang muncul, yaitu ada Mangihut Sinaga, saya sendiri, dan Sarochel. Tapi orang yang mendapatkan surat sekarang ini seperti Vandiko. Akhirnya [rekomendasi NasDem] jatuh kepada dia,” kata Carlos, yang dihubungi HMStimes.com, 24 Agustus 2020.
Carlos melihat cara berpolitik yang masih terjadi ialah tidak memandang kualitas calon yang akan didukung. “Kalau mengatakan sakit hati, rasanya berlebihan. Namun, ada kecurangan,” katanya.
Meskipun sudah gagal mengikuti pilkada Samosir dari Partai NasDem, Carlos masih akan berupaya bertemu dengan Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh, sebelum pendaftaran di KPU Samosir pada bulan September. Dia ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
Carlos tidak menerima alasan NasDem bahwa keputusan partai itu berdasarkan survei, yaitu elektabilitasnya belakangan bisa di bawah Vandiko. “Panelis NasDem mengatakan bahwa kemarin saya yang terbaik. Kamu mengaku hal seperti itu tapi menikam aku dari belakang. Enggak bisa,” ujar Carlos.
Menurut Carlos, yang terjadi saat ini bukan politik yang sehat. “Kenapa orang yang direkomendasikan oleh DPD dan lulus fit and proper test tapi tidak diperhitungkan? Dua tambah dua harusnya tetap empat, jangan dibilang lima. Kalau partai memang ingin membangun Samosir, aku siap,” katanya.
Ketua DPD NasDem Kabupaten Samosir, Sarochel Martopolo Tamba, yang diwawancarai HMS pada Rabu, 26 Agustus 2020, menjelaskan bahwa sebelum rekomendasi partai dikeluarkan pada Juli lalu, NasDem telah melakukan survei elektabilitas. DPD NasDem Samosir pun telah melakukan penjaringan bakal calon Bupati Samosir, dan para kandidat bupati itu telah menyampaikan visi misi kepada NasDem. Berdasarkan hasil tersebut, nama mereka diusulkan, dan pengurus tingkat DPW menganalisis berkas itu.
“Survei diadakan DPP. Sebelas nama kita ajukan walaupun kesebelas itu tidak seluruhnya mengikuti tahapan. DPW memanggil beberapa yang memenuhi syarat, termasuk Carlos,” kata Sarochel Tamba.
Dia mengatakan Carlos sudah dipanggil DPD NasDem Samosir dan DPW NasDem Sumut karena Carlos memenuhi syarat. Namun, kemudian di DPP, nama Carlos tidak dipanggil. “Mungkin berdasarkan survei itu. DPP yang mengeluarkan rekomendasi, kita hanya mengantarkan. Titik beratnya di NasDem selama ini ialah survei,” katanya.
Sarochel tidak membantah bahwa nama Carlos sempat mencuat karena pemberitaan di media. “Memang viral kemarin. Carlos itu setahu kita hanya mendaftar ke NasDem Samosir. Itu sebenarnya kita bangga juga. Cuma karena surveinya, beliau itu tidak bersaing dengan kandidat lain. Itu risiko dari kompetisi,” ujar Sarochel. “Itu semacam komunikasi politiklah itu, kan. Kita juga melihat peta politik. Walaupun NasDem bisa mengusung satu calon, tapi kalau tidak menang, ngapain?”