Pernak-pernik menyambut HUT RI ke-75, pada 17 Agustus 2020 mendatang sudah mulai tampak berjejer di pinggir jalan Batam, Kepulauan Riau (Kepri), sejak awal Agustus lalu. Para pedagang musiman sengaja menjajakan pernak-pernik seperti umbul-umbul hingga bendera merah putih di pinggir jalan untuk menarik minat para pembeli.
Momentum perayaan kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus, selalu dimanfaatkan sejumlah pedagang bendera merah putih. Tidak hanya bendera, umbul-umbul dan pernak-pernik lainnya mereka jual setiap tahunnya. Inilah yang dilakukan Siti (35). Teriknya matahari membuat Siti terpaksa berteduh di bawah tenda ukuran dua meter. Sejak tahun 2000, ia rutin menjual pernak-pernik perayaan kemerdekaan Indonesia setiap bulan Agustus. Hampir seluruh barang dagangannya dibeli dari Garut, Jawa Barat. Siti pun kerap membuka lapak di pinggir jalan. Bendera dan umbul-umbul yang ia jajakan berkibar, dihembus angin. Warna merah dan putih yang mendominasi, membuat dagangannya mencolok dan memancing mata siapa pun yang melintas. “Kalau buka [berjualan] di ruko, pasti jarang terlihat orang. Nah, kalau di pinggir jalan gini, orang lewat pasti melihat dan tertarik beli,” katanya kepada HMStimes.com, Senin, 10 Agustus 2020.
Siti mengaku, setiap tahun menjelang perayaan HUT Kemerdekaan ia berjualan bendara mulai tanggal 5 Agustus hingga 16 Agustus. Keuntungannya bisa mencapai puluhan juta rupiah dalam kurun waktu dua minggu tersebut.
Siti berjualan di kawasan Batam Center, lokasi yang strategis karena dekat dengan sejumlah kantor pemerintahan. Kerap dikunjungi pegawai dari berbagai instansi. Mereka, kata dia, umumnya membeli umbul-umbul sepanjang sepuluh meter. Sedangkan masyarakat biasa hanya membeli bendera saja. Bendera dan umbul-umbul yang ia jual pun berkisar mulai dari Rp35 ribu sampai Rp600 ribu. “Nominal [keuntungan] tidak perlu disebutlah, ya. Soalnya, dua tahun lalu karena ada penjual lain yang diwawancara media dan menyebutkan nominal keuntungannya, beberapa hari kemudian penjual lain lapaknya kemalingan,” ujarnya.
Kejadian itu menurutnya, mungkin dikarenakan beberapa orang menganggap berjualan bendera amat menggiurkan. Meski ia memang mengakuinya, permintaan konsumen terhadap bendera pada awal Agustus sangat tinggi. Siti akhirnya mencari cara aman untuk menghindari hal buruk itu dengan mempekerjakan orang lain untuk menjaga dagangannya setiap malam. Menurutnya, tidak ada salahnya mengeluarkan sedikit biaya daripada harus kehilangan barang dagangan.
Siti mengatakan, di tengah pandemi saat ini, penjualannya memang sepi. Namun, sepinya pembeli diakuinya telah terjadi sejak empat tahun lalu. Meski ia tidak tahu pasti apa penyebabnya. Siti menduga, sepinya pembeli dikarenakan banyaknya masyarakat yang masih menggunakan bendera lama yang tersimpan di rumah.
Pedagang lainnya, Ermawati (35), berkisah keuntungan dari berjualan bendera yang dilakoninya sejak 2014 bisa mencapai Rp30 juta. Berbeda dari Siti, bendera yang ia jajakan dipesannya dari Jakarta, sebulan sebelum ia jajakan di lapaknya yang berdiri di Sei Panas, Batam. Erma sendiri sering bergantian menjaga barang dagangannya bersama suami saat malam hari. Hal itu dilakukan lantaran takut terjadi hal yang tidak dinginkan, seperti adanya pencurian. “Soalnya lokasi saya jualan di pinggir jalan raya. Beberapa kali juga ada orang balap liar dekat sini. Takut saja kalau ada apa-apa,” katanya.
Menurut Erma, tahun ini ia sengaja memesan bendera dan umbul-umbul dalam jumlah yang lebih sedikit. Pandemi Covid-19 dirasanya berdampak pada pundi-pundi ekonomi semua orang. Ia pun mematok harga yang lebih rendah untuk setiap barang dagangannya, dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Untuk bendera biasa, bila tahun-tahun sebelumnya dipatok seharga Rp35 ribu, kini Erma hanya menjualnya seharga Rp25 ribu saja. Erma mengaku takut dagangannya tidak laku jika dijual dengan harga yang lama.
Sementara itu, penjual lain, Edy (34), asal Garut, Jawa Barat, mengaku sudah hampir sepuluh tahun berjualan bendera dan umbul-umbul. Seluruh barang dagangannya pun, ia bawa langsung dari kampung halamannya.
Edy sengaja datang ke Batam bersama beberapa temannya hanya untuk berdagang bendera menjelang HUT RI. “Saya dagang bareng teman dari Garut juga. Cuma, beberapa ada yang buka lapak di Tanjungpinang,” katanya.
Ia mengaku mulai berjualan sejak pertengahan Juli, dan akan kembali ke Garut pada 18 Agustus. Soal omset, dalam kurun waktu hampir satu bulan, Edy mengaku bisa meraup untung sampai Rp50 juta. Bendera dan umbul-umbul yang ia jajakan pun berbahan kain abutai dan kain satin. Kedua bahan itu dipilih lantaran sifatnya yang ringan, sehingga mudah dibawa dan mudah berkibar saat dijadikan bendera. Untuk menjaga agar kwalitas bendara tetap baik, Edy menyarankan kepada setiap pembeli untuk menyimpan bendera menggunakan plastik selepas digunakan. MERDEKA!