Suasana di Pasar Jodoh, Kecamatan Lubuk Baja, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau, 1 Oktober 2020 malam, masih seperti biasa. Pedagang pakaian bekas masih banyak terlihat di sana kendati jumlah warga Batam yang terpapar Covid-19 terus meningkat. Hanya saja, jumlah pembeli pakaian bekas tidak lagi seramai dulu.
Aris Saifuddin (27), yang sudah sekitar dua tahun berjualan di Pasar Jodoh, mengatakan penjualannya menurun drastis selama masa pandemi Covid-19 ini. “Saya jualan dari jam 12 siang sampai jam 10 malam. Pas hari normal rata-rata penghasilan saya kisaran Rp500 ribu sampai Rp1 juta di awal bulan. Sekarang awal bulan ini hanya sampai Rp200 ribu hingga Rp300 ribu,” katanya kepada HMStimes.com, Kamis malam, 1 Oktober 2020.
Untuk itu, demi mengakali agar dagangannya tetap terjual, Aris terpaksa menurunkan harga hingga hampir 50 persen dari harga normal. “Ini saya lakukan karena memang daya beli orang juga menurun akibat pandemi ini,” ucapnya. “Saya sempat bicara dengan beberapa langganan yang tidak lagi datang ke sini. Ada yang kontraknya tidak diperpanjang perusahaan. Orang tentu lebih memilih hemat agar tetap bisa makan.”
Hal yang sama juga disampaikan Riski, seorang pekerja yang membantu Aris berjualan di pasar. Riski bercerita, ada seorang pria yang datang kepadanya meminta agar bisa ikut membantu berjualan. Sebelumnya pria itu sempat bekerja di rumah makan yang kini sudah tutup sehingga sekarang dia tidak punya kerja. “Saya mau bantu, tapi bagaimana? Saya juga bantu-bantu di sini. Bang Aris juga sudah susah sekarang mikirin buat bayar saya,” kata Riski.
Tidak jauh dari lapak Aris berjualan, seorang ibu dengan panggilan Mak Edo turut mengeluhkan hal yang sama. “Normalnya kalau jualan dalam tiga hari ketika ada barang baru, kita sudah balik modal. Sekarang dua minggu dan sampai sebulan baru balik modal. Kalau untuk untung, kita tidak bisa terlalu banyak berharap. Setidaknya bisa bayar sewa, lampu, dan kebersihan,” ujarnya.
Saat ditanya apa pendapat mereka tentang pandemi Covid-19 yang belakangan makin meningkat, sebagian pedagang mengaku cemas kalau sampai tertulari. Namun, ada hal lain yang lebih penting mereka pikirkan, yaitu perut. “Aku tentang Corona ini mau bilang apa juga. Bagi kami masyarakat kecil, kami melihat ini kayak ‘ya sudah, biarkan saja.’ Kalau kami di rumah, kami mau makan apa? WFH [kerja dari rumah] buat orang kantoran, sementara kami, apa ada jaminan hidup?” kata Aris.
Suci (20), yang malam itu juga berjualan di Pasar Jodoh membantu ibunya, mengatakan, “Kami lebih takut keluarga tidak makan daripada memikirkan Corona ini.”
Sejumlah pedagang di Pasar Jodoh mengaku bahwa informasi yang mereka dapatkan soal Covid-19 terkadang simpang siur, tetapi mereka tetap berusaha mematuhi anjuran pemerintah, seperti memakai masker. “Sosialisasi langsung ke pasar sejauh ini hampir belum ada. Anjuran memakai masker juga kami baca di pemberitaan,” kata Aris.
Saat ditanyakan apakah tidak cemas terkena Covid-19, dia menjawab, “Kita mau menyerah lalu mati kelaparan, apa mau mati karena Corona? Kita berdoa saja, dan memilih tetap berjualan. Kita butuh uang buat makan. Kita punya keluarga yang harus diberi makan.”
Menurut data Satgas Covid-19 Kota Batam per 1 Oktober 2020, angka positif Covid-19 sebanyak 1.650 orang. Angka kesembuhan sebanyak 1.074 orang, dan angka kematian sebanyak 47 orang. Hingga awal Oktober 2020, sebanyak 529 orang pasien Covid-19 masih dalam perawatan di Rumah Sakit Khusus Infeksi di Pulau Galang.
Peningkatan kasus Covid-19 di Kota Batam terlihat dari minggu ketiga Maret 2020, yang awalnya terindikasi hanya tiga kasus positif, kemudian terus bertambah seiring waktu. Pada minggu pertama Agustus 2020 menjadi 343 kasus positif. Seperti efek bola salju, angka positif akhirnya mencapai 1.650 pada awal Oktober 2020.
Menanggapi hal ini, Kepala Dinas Kesehatan Kota Batam, Didi Kusmarjadi, mengatakan gelombang pertama penularan Covid-19 di Batam mencapai puncaknya pada bulan Mei 2020, yakni dari 80 kasus menjadi 154 kasus. “Kemudian selepas itu mulai menurun. Lalu kecamatan juga relatif menjadi hijau. Di situ aktivitas dibuka kembali, semua sektor usaha dibuka. Dari sini kemudian naik lagi, dan grafik meningkat,” katanya kepada HMS, 2 Oktober 2020.
Dia juga mengatakan Peraturan Wali Kota (Perwako) Batam tentang Penerapan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan di Masa Pandemi Covid-19 akan lebih baik kalau ditingkatkan menjadi peraturan daerah, dan denda bagi yang melanggar agar mulai diefektifkan. “Sekarang kita gencarkan sosialisasi Perwako, sanksinya juga ada. Tapi sejauh ini penindakan belum ada, hanya lebih pada pembinaan semata, dan denda juga masih belum berlaku,” kata Didi Kusmarjadi.
Hingga Oktober ini, Didi memprediksi gelombang kedua peningkatan kasus Covid-19 di Kota Batam akan selesai apabila masyarakat mematuhi protokol kesehatan. (Hendra Mahyudi, calon reporter HMS)