Taufan Iskandar (20) tidak jadi membacakan puisi di depan anggota DPRD Kota Batam, Kepulauan Riau, dalam aksi demonstrasi aliansi mahasiswa Batam menolak Undang-Undang Omnibus Law Cipta Kerja pada 8 Oktober 2020.
Mahasiswa Politeknik Negeri Batam itu sempat naik ke atas mobil pedemo, dan dengan yakin menyampaikan bahwa dirinya akan membacakan sebuah puisi. Namun, beberapa orang dari demonstran, yang terdiri atas mahasiswa dari berbagai kampus, langsung berteriak meminta Taufan menunggu agar puisinya dibacakan nanti saja, ketika mereka sudah berada di depan gedung DPRD Batam.
Akhirnya Taufan turun dari mobil dan kembali ke barisan. Namun, sayangnya, hingga penandatanganan tuntutan mahasiswa selesai dilakukan, Taufan tidak kunjung kembali terdengar suaranya membacakan puisi.
Kepada HMStimes.com, Taufan mengaku kecewa karena tidak jadi membacakan puisi yang menurutnya sangat cocok dibacakan dalam aksi unjuk rasa siang itu. “Awalnya senang, sih, karena mikirnya pasti bakal di depan gedung DPRD nih,” katanya.
Ia merasa pesan yang perlu disampaikan demonstran kepada anggota DPRD Batam belum tersampaikan secara menyeluruh. Untuk itulah, ia menganggap puisi tersebut penting dibacakan.
Sedianya Taufan akan membacakan puisi “Tidak Hari Ini” karya penyanyi rap Morgue Vanguard, yang sudah dipersiapkan Taufan sejak lima hari lalu. Berikut ini sebagian kutipannya:
akan tiba hari perginya ginjal dan lambungmu // jantung berhenti menghitung kelelahan harimu // akan tiba hari di mana teman takada lagi yang tersisa …
akan datang hari di mana melawan penindasan adalah kesia-siaan // akan datang zaman yang akan memberi karpet merah bagi despot, rezim, tiran, firaun … // akan tiba waktu di mana setiap orang menjilat pantat kekuasaan dan berpura-pura menjadi pahlawan …
Menurut Taufan Iskandar, membaca puisi adalah cara elegan untuk menyampaikan aspirasi. Selain menarik karena merupakan hal yang berbeda, membaca puisi bisa melindungi diri sendiri sebagai penyampai aspirasi.
“Kita punya namanya majas. Di mana majas itu yang mewakili makna aslinya. Ketika kita ngomong A, maknanya adalah B. Jadi, kita bisa berdalih bahwa ‘loh, ini maknanya enggak ke sini,’” katanya.
Taufan sudah mulai menulis puisi sejak tahun 2016. Dia aktif membacakan puisi karyanya sendiri ataupun milik orang lain setelah menjadi mahasiswa. Tanggal 23 September 2019 lalu di depan gedung DPRD Batam dia membaca puisi karyanya yang berjudul “KPK Mati, Orba Menanti.” (Donella Bangun, calon reporter HMS)