Kalangan seniman dan budayawan di Kota Medan menyayangkan pemindahan (relokasi) Taman Budaya Sumatra Utara (TBSU) yang berlokasi di Jalan Perintis Kemerdekaan Medan ke lokasi baru di Tapian Daya, di Jalan Gatot Subroto, Medan.
Salah satu penggiat seni, Idris Pasaribu, yang sudah aktif berkesenian di TBSU sejak tahun 1973, mengatakan TBSU sudah seperti rumah kedua bagi para penggiat seni musik, teater, dan sastra di Sumut. “Sangat menyedihkan. Banyak sastrawan pernah berkiprah di sini. Banyak orang besar dan seniman kelas nasional, Todung Mulia Lubis, Taguan Hardjo, Rizaldi, Ben Pasaribu, berangkat dan besar dari sini,” kata Idris kepada HMS, Selasa, 27 Oktober 2020.
Menurut seniman pendiri Komunitas Sastra Medan itu, pemerintah sepertinya lebih mementingkan industri dan pemodal. “Artinya, memang tidak ada kepedulian pemerintah kota dan provinsi terhadap seni di kota ini,” kata novelis penulis buku Acek Botak itu.
Katanya, jikapun TBSU dipindahkan, seharusnya fasilitasnya sudah disediakan seperti di TBSU. “Jadi, kalau sudah pindah ke sana, ada ruang seni dan kreativitas yang dapat dipakai seperti di sini. Orang bisa datang kapan saja untuk latihan tari misalnya, diskusi sastra, atau latihan untuk pertunjukan musik,” katanya.
Idris Pasaribu khawatir, relokasi TBSU akan membatasi ruang gerak seniman dan memunculkan privatisasi dalam penggunaan TBSU yang baru. “Mungkin nanti event organizer yang akan bermain di sana, bukan lagi seniman. Orang mau nonton pertunjukan seni akan bayar mahal, tidak seperti di sini lagi,” katanya.
Hal senada dikatakan penggiat sastra Jones Gultom. Penulis cerpen, puisi, dan penggiat musik tradisi Batak ini juga tidak setuju apabila TBSU dipindahkan begitu saja tanpa lebih dahulu mempersiapkan fasilitas. “Ada dulu sanggar, gedung pertunjukan. Siapkan dulu, baru pindah. Dan idealnya memang taman budaya itu di tengah kota, di kota-kota lain juga begitu, karena taman budaya adalah ruang publik untuk berkesenian,” katanya. “Latihan musik di rumah dan di taman budaya itu pasti beda. Di rumah, latihan satu jam saja sudah bosan, tapi kalau di taman budaya, kita bisa dapat tandem.”
Itulah sebabnya, kata Jones Gultom, banyak seniman besar lahir dari taman budaya, bukan dari rumah. “Seperti Rendra, mungkin tidak akan ada yang kenal kalau dia baca puisi di rumah. Tapi karena ada ruang dan komunitasnya, itulah yang membesarkannya,” katanya.
Selama beberapa hari belakangan ini sejumlah seniman di Kota Medan menolak pemindahan TBSU dengan berbagai aksi, termasuk pengumpulan koin seribu.