Keluhan pengusaha di Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau, akan mahalnya ongkos kontainer ke luar negeri sudah pernah disampaikan kepada Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla, pada tahun 2019 ketika Kalla datang ke Batam dan meninjau Pelabuhan Batu Ampar. Keluhan pengusaha itu disampaikan oleh Abidin Hasibuan, Presiden Direktur PT Sat Nuspersada, saat pertama kali melakukan ekspor ke Amerika Serikat melalui Pelabuhan Batu Ampar. Kala itu Jusuf Kalla menjanjikan dua bulan untuk menjawab keluhan pengusaha Batam tersebut, tetapi sampai hari ini belum terwujud.
Dua hari lalu, 27 Agustus 2020, Abidin Hasibuan menceritakan hal itu kembali lewat web seminar bertopik “Kesiapan Batam Menghadapi Industrialisasi dan Investasi Asing” yang dilakukan oleh Badan Pengusahaan (BP) Batam. “Sampai pemilihan presiden dan wakil presiden berganti belum ada jawaban. Yang kita terima hanya janji surga dari pemerintah,” katanya.
Abidin Hasibuan menjelaskan betapa besarnya pengaruh ongkos kontainer terhadap perkembangan investasi di Batam. Salah satu contohnya, kata dia, PT Pegatron yang hendak berinvestasi senilai $1 miliar di Batam. Abidin sudah tiga kali melakukan pertemuan untuk melobi PT Pegatron agar masuk ke Batam. Namun, mereka mengeluhkan mahalnya biaya kontainer sehingga mengalihkan investasi ke negara lain.
Perbandingan ongkos kontainer di Batam dan Jakarta juga dijelaskan oleh Abidin. Pengiriman dari Batam ke Hongkong melalui Singapura, misalnya kontainer 20 feet, harganya $800 dengan perjalanan 2 hari sampai 3 hari. Kalau dibandingkan dengan Jakarta-Hongkong dengan waktu 6 sampai 7 hari, ongkosnya hanya $450. Artinya, ongkos Jakarta-Hongkong lebih murah 59 persen.
Kepala BP Batam, Muhammad Rudi, yang juga turut dalam webinar, mengatakan BP Batam akan segera menurunkan ongkos kontainer yang dikeluhkan Abidin Hasibuan. “Insyaallah bulan September ini sudah ada perubahan,” katanya.
Menanggapi janji BP Batam soal pengurangan biaya kontainer, Abidin mengatakan akan menginformasikan hal itu kepada mitra bisnisnya di Jepang dan Taiwan.
Abidin menambahkan, perang dagang antara Amerika dan Cina adalah momentum bagi Indonesia untuk bangkit. “Momentum kita untuk kerja terbaik, menjadikan Batam sebagai pintu proyek, tentu dengan meniadakan cost-cost yang tidak perlu dibayar,” katanya.