Belakang Padang adalah kecamatan paling utara di wilayah Kota Batam, Kepulauan Riau. Luasnya hanya 68,4 kilometer persegi. Penduduknya sekitar 21.836 orang, menurut data BPS Batam tahun 2018, yang umumnya bekerja sebagi nelayan. Namun, Belakang Padang tak cuma sekadar angka. Ia serupa tanah kelahiran masyarakat Melayu yang sejak kecil berteman dengan debur ombak, sampan kayu, dan nyiur kelapa.
Tak seperti daerah lainnya di Batam yang dapat diakses lewat jalur darat, Kecamatan Belakang Padang mesti ditempuh dengan kapal tradisional atau yang biasa disebut boat pancung. Untuk menuju ke sana, penumpang hanya perlu merogoh kocek Rp10 ribu untuk sekali jalan. Hanya dibutuhkan waktu tak kurang dari 10 menit untuk menuju ke sana jika bertolak dari Pelabuhan Sekupang Batam. Setibanya di sana, pendatang atau pelancong bisa memilih ojek atau becak kayuh untuk berkeliling pulau.
Belakang Padang memang tepat dijadikan sebagai lokasi untuk rileksasi dari sumpeknya kehidupan di perkotaan tapi sekaligus tetap ingin merasakan adanya kemajuan teknologi seperti listrik dan internet, karena di sana, dengan nuansa Melayu yang masih kental, berbagai fasilitas amat tersedia.
Jika Anda sudah berkunjung ke sana, tentu taklengkap rasanya jika tak mencicipi nikmat teh tarik yang dijajakan di seluruh kedai kopi di Belakang Padang, yang punya citranya sendiri bagi masyarakat Batam.
Salah satu penjual teh tarik di sana adalah Sudianto (58), pemilik Kedai Azizah. Pria kelahiran Bangka Belitung itu sudah satu tahun belakangan membuka kedai kopi di Belakang Padang. Sejak 1996 dirinya telah menjejakkan kaki di Belakang Padang sebelum akhirnya menetap karena menikah dengan warga di sana.
Sudianto mengatakan, teh tarik di Belakang Padang berbeda dengan yang ada di Kota Batam lantaran menggunakan bubuk teh yang dibeli dari Malaysia. Teh tarik di Belakang Padang berwarna merah pekat kecokelatan dengan rasa teh dan susu yang tak saling dominan.
“Kalau pakai serbuk teh lokal, kualitas warna merahnya kurang. Selain itu, rasanya juga cenderung pahit dan tak sedap kalau dicampur susu,” kata Sudianto kepada HMStimes.com, 19 Agustus 2020 lalu.
Satu hal yang juga menarik di Belakang Padang adalah lokasinya amat dekat dengan Singapura, hanya berjarak sekitar 33 kilometer. Kalau cuaca cerah tak berawan, bangunan megah pencakar langit di Singapura bakal terlihat jelas. Bahkan Marina Bay, gedung deret tiga dengan bentuk puncaknya yang menyerupai kapal laut, di Singapura terlihat jelas dari Belakang Padang.
Menurut data BPS Batam pada 2018, Belakang Padang terdiri dari 130 pulau besar dan pulau kecil. Ada 42 pulau yang dihuni dan 88 pulau lainnya kosong.