Pada usia yang masih muda, 28 tahun, Vandiko Timotius Gultom kembali ke kampung halamannya, Samosir, dan ingin memimpin kabupaten yang berdiri pada 18 Desember 2003 ini. Dia percaya, dengan terjun langsung dan memegang tampuk kepemimpinan, Kabupaten Samosir akan lebih maju.
Nama Vandiko sudah muncul dalam perbincangan politik di Samosir sejak medio 2019 setelah dia turun memperkenalkan diri kepada masyarakat. Vandiko sendiri lahir, besar, menempuh pendidikan, dan berkarier di luar Samosir. Namun, ayahnya, Ober Gultom, merupakan salah satu tokoh yang sudah tidak asing lagi di kalangan pejabat ataupun masyarakat Samosir.
Dengan menggandeng Martua Sitanggang, pada 5 September 2020 Vandiko mendaftarkan pencalonannya ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) Samosir, dan dinyatakan lengkap setelah melalui proses verifikasi. Kans Vandiko dan Martua tampaknya semakin besar sebab pasangan ini mendapat dukungan dari enam partai pengusung, yaitu NasDem, PKB, Demokrat, Golkar, Gerindra, dan Hanura.
Di sela-sela proses pendaftaran Vandiko dan Martua di KPU Samosir, HMStimes.com berkesempatan mewawancarai Vandiko. Berikut kutipannya:
HMS: Apa program prioritas Anda jika nanti sudah terpilih menjadi Bupati Samosir?
Vandiko Gultom: Kami membawa misi perubahan untuk Samosir. Nanti APBD Samosir untuk kesejahteraan, untuk pembangunan infrastruktur. Kemudian perubahan juga di segi sumber daya manusia dengan memberikan beasiswa gratis S-2 dan S-3 dengan IPK minimal 3. Juga pemberian BPJS untuk masyarakat.
HMS: Saat ini, yang Anda lihat, pembangunan di Samosir sudah seperti apa?
Vandiko Gultom: Kalau menurut kami, pembangunan Samosir yang sudah 16 tahun, dibutuhkan percepatan pembangunan di sisi infrastruktur.
HMS: Kira-kira masalah apa yang paling perlu dibenahi di Samosir?
Vandiko Gultom: Paling utama, banyak jalan rusak sampai ke desa-desa. Juga masih banyak sawah kekeringan dikarenakan di Samosir masih banyak krisis air, juga air minum.
HMS: Samosir identik dengan tiga hal, yaitu pariwisata, pendidikan, dan pertanian. Bagaimana tanggapan Anda?
Vandiko Gultom: Tentunya tiga-tiganya menjadi prioritas kami. Pariwisata tidak boleh dilupakan karena Samosir, Danau Toba, sudah ditetapkan menjadi kawasan strategis pariwisata nasional. Harus kita perbaiki juga pariwisatanya agar siap go internasional.
HMS: Mengenai pencemaran lingkungan di Danau Toba dan isu perambahan hutan, apakah Anda peduli dengan masalah ini?
Vandiko Gultom: Siap! Itu pasti kita akan berantas. Pasti. Siap, siap!
HMS: Ini janji ya?
Vandiko Gultom: Siap! Janji.
HMS: Kabarnya sebelum Anda ingin maju menjadi calon Bupati Samosir, sempat ada penolakan dari keluarga.
Vandiko Gultom: Oh, iya, kalau penolakan di awalnya wajar. Kita sebagai anak muda ingin mengabdi ke bonapasogit Samosir. Awalnya memang mendapat penolakan dari keluarga, tetapi ketika saya menunjukkan niat dan keseriusan untuk maju, akhirnya keluarga mengizinkan.
HMS: Jadi saat ini akhirnya keluarga sudah mendukung sepenuhnya?
Vandiko Gultom: Ya, tentu mendukung, karena ini pengabdian untuk tanah leluhur kami.
Ketika mendaftarkan pencalonannya ke KPU Samosir, 5 September 2020, Vandiko Gultom dan Martua Sitanggang diberangkatkan dari Sitamiang, tanah leluhur Vandiko. Dari desa kecil di Kecamatan Onanrunggu itu, ratusan masyarakat mengikuti iring-iringan pawai menuju kantor KPU Samosir di Pangururan.
Sesampai di kantor KPU, Vandiko dan Martua (Vantas) turun dari mobil pikap yang membawa mereka, bukan dari mobil Jeep Rubicon yang mengiringinya. Vandiko merakyat bersama dengan pendukungnya. Penampilannya pun tidak berlebihan. Dia mengenakan kemeja putih, sortali, dan ulos. Berulang kali dia melambaikan tangannya kepada warga, lalu mereka menyambutnya dengan teriakan dukungan, ”Vantas, Vantas, Vantas! Dukung jadi Bupati Samosir, Vantas!”
HMS menemui tiga orang di antara ibu-ibu yang begitu antusias mengikuti pawai dari pagi hingga sore saat KPU mengumumkan bahwa berkas pendaftaran Vantas sudah memenuhi syarat. Ketiga ibu itu berdoa kepada Tuhan agar Vantas menang dan memimpin Samosir ke depan. “Pendapat kami, si Vandiko ini akan menang. Kami ini ompung-nya, dari Sitamiang juga kami. Kami sudah berdoa kepada Tuhan supaya Vandiko menang. Itulah kenapa kami datang ke sini,” kata Ompu Hotman boru Gultom (70). Kemudian Ompu Fernando Pakpahan (65) menimpali bahwa dia sangat bersemangat mendukung Vandiko agar menjadi Bupati Samosir, karena Vandiko adalah generasi muda dari kampung halamannya. “Ketika kami dengar ada yang mau jadi bupati dari kampung kami, kami sangat bangga. Semoga yang kami harapkan ini terwujud, Vandiko menang jadi Bupati Samosir,” ujarnya.
Sesudah pengumuman hasil verifikasi di kantor KPU, ketiga ibu ini ikut rombongan ke Pantai Pasir Putih Parbaba. Di sana masyarakat dijamu makan dan menikmati hiburan musik. Para ketua partai pengusung Vantas memberikan orasi politik di hadapan publik, antara lain dari PKB Samosir, Partai Golkar Samosir, Partai Demokrat Samosir, Partai Gerindra Samosir, Partai Hanura Samosir, dan termasuk Ketua DPD Partai NasDem Samosir, Sarochel Tamba. Mantan Bupati Samosir dua periode Mangindar Simbolon, politisi nasional Benny Pasaribu, aktivis 1998 Fransiskus Sitanggang, dan tokoh-tokoh masyarakat Samosir juga turut menyampaikan orasi politik.
Dalam orasi politiknya, Benny Pasaribu berharap agar masyarakat Samosir cerdas memilih pemimpin di Samosir, sebab yang dibutuhkan adalah pemimpin yang memiliki track record baik dan tidak membebani masyarakat. “PAD memang menjadi tujuan, tapi jangan justru membebani masyarakat dengan pajak, yang malah membuat masyarakat semakin sulit. Seharusnya masyarakat mendapat dukungan dari pemimpinnya, bukan malah membebani dengan pajak,” katanya. Dia mencontohkan kepemimpinan Bupati Samosir sebelumnya, Mangindar Simbolon, yang sudah punya visi dan misi jangka panjang. Dia yakin, visi pembangunan itu akan dilanjutkan pasangan Vantas.
Ketua DPD Partai NasDem Samosir, Sarochel Tamba, juga optimistis akan kemenangan Vandiko Gultom dan Martua Sitanggang pada pilkada Samosir. “Kita yakin sudah [akan] menang ini Vantas. Kita akan berkomunikasi dengan partai koalisi bagaimana supaya menang telak,” katanya. Sarochel juga mengimbau agar masyarakat cerdas memilih calon pemimpin Samosir yang berkualitas, yang betul-betul peduli, yang punya track record yang baik di negara hukum Indonesia. “Mudah-mudahan ke depan perubahan akan datang ke Samosir. Pemimpin yang lebih baik dan peduli untuk Kabupaten Samosir,” katanya.
Mangindar Simbolon, mantan Bupati Samosir dua periode (2005–2015), ikut menjadi salah satu tokoh Samosir yang mendukung Vandiko Gultom. Dia menilai, meskipun masih muda, Vandiko memiliki visi dan kemampuan yang baik untuk memimpin Samosir.
“Kebetulan saya merupakan kader Partai NasDem Samosir, dan ikut menjadi salah satu panelis untuk seleksi awal bakal calon bupati dari NasDem. Dari awal kelihatan Vandiko anak yang cerdas, ramah, dan komunikatif. Statusnya belum menikah, dan dia bakal menjadi pemimpin yang baik, mau mendengar, menghormati orang. Tentu dia mau belajar,” kata Mangindar kepada HMStimes.com.
Menurut Mangindar, Kabupaten Samosir yang baru 16 tahun berdiri membutuhkan percepatan pembangunan, dan khususnya pelayanan kepada masyarakat dengan prinsip pemberdayaan. Dia menilai Vandiko pantas menjadi pelayan yang mau melayani dan menggerakkan masyarakat. Apalagi, Vandiko masih muda, berpendidikan, dan niatnya untuk berbuat sesuatu untuk membuktikan apa yang dia peroleh dalam pendidikannya.
“Dan dia masih panjang ke depannya. Keluarganya ada di Kementerian PUPR. Jaringan itu sudah ada. Selama ini terus terang saya dengan orang tua Vandiko punya hubungan baik, karena selama ini kerja sama beliau dari pemerintah pusat, dan saya di daerah, untuk membenahi infrastruktur di Kabupaten Samosir ini,” katanya.
Menurutnya, orang tua Vandiko juga sudah berbuat untuk Samosir. “Bahkan ketika beliau di Papua sudah membuat perpustakaan di Onanrunggu. Waktu itu saya yang meresmikan,” katanya.
Mangindar Simbolon mengimbau masyarakat agar jangan hanya melihat bahwa Vandiko masih sangat muda, tetapi ada baiknya masyarakat menilai juga faktor pendukungnya. “Mohon maaf, ada yang sudah tua, tapi tidak ada bakat seperti itu tadi. Tidak mau menghargai orang, tidak bisa menggerakkan,” ujarnya.
Kata Mangindar, masyarakat membutuhkan pemimpin yang mau melayani, cerdas, dan kreatif. Dengan APBD Samosir yang terbatas, maka dibutuhkan kreativitas pemimpin di Kabupaten Samosir.
Mangindar Simbolon, yang memiliki pengalaman memimpin Kabupaten Samosir selama 10 tahun, melihat Vandiko Gultom mampu melanjutkan pembangunan yang pondasinya sudah diletakkan pada masa kepemimpinannya, seperti pariwisata, infrastruktur, dan pertanian. Sayangnya, pada masa pemerintahan sekarang ini pondasi itu tidak optimal dikembangkan. “Dulu jaringan-jaringan jalan ke desa sudah saya buka. Dulu prinsip saya, karena banyak desa terisolasi, kita beli alat berat untuk membantu masyarakat gotong royong, buka jalan, lalu tingkatkan bertahap. Sekarang itu banyak yang terbengkalai di bukit-bukit sana, yang dulu kita buka, jalan jaring-jaring terhenti,” kata Mangindar.
Sebagai contoh, katanya, jalan tanjakan dari Palipi atau Urat dulu sudah mulai dibuka dengan rabat beton karena sangat curam, tetapi sekarang tidak ada pemeliharaan sama sekali. Rabat beton itu makin tinggi karena tanahnya tergerus. Pembangunan yang tidak berkesinambungan itu mengakibatkan anggaran mubazir.
Mangindar mengakui APBD Samosir kecil. Namun, bukan berarti pembangunan tidak dapat dilangsungkan sepanjang ada kreativitas dan jaringan yang kuat kepada pemerintah pusat. Dia menceritakan bagaimana dulu jalan lingkar Samosir, yang dulunya jalan provinsi dengan kondisi parah, menjadi jalan lingkar nasional. Pada saat itu Pemerintah Provinsi Sumatra Utara mengatakan tidak bisa menangani sekaligus karena anggaran terbatas. “Solusinya saya diam-diam mengusulkan itu menjadi jalan nasional tanpa persetujuan gubernur. Itu karena kita sudah jadi kawasan strategis nasional. Saya punya link di Jakarta, termasuk Ober Gultom, dan Pak Sahat Silaban di Komisi V DPR RI. Mereka menyambutnya dengan antusias,” kata Mangindar.
Tahun 2014 pembangunan jalan lingkar nasional diusulkan, kemudian pada tahun 2015 dilakukan survei awal dari Komisi V DPR yang saat itu diketuai Michael Wattimena. Pada saat pertemuan dengan Komisi V DPR di Tele, Mangindar juga mengajukan percepatan pembangunan Tano Ponggol, yang dulunya jembatan provinsi, tetapi anggarannya kecil dan desainnya tidak bagus. Usulan itu juga disetujui dan menjadi pembangunan multiyears di Kabupaten Samosir.
“Tahun 2015 keluar persetujuan. Tahun 2016 mulai perencanaan. Setelah itu fisik, yang kemudian dilanjutkan bupati berikutnya. Ya, itu memang nasibnya. Tapi sejarah jangan dilupakan, apalagi dimanipulasi. Jangan,” kata Mangindar Simbolon.
Terkait pembangunan pariwisata, kata Mangindar, Samosir merupakan kabupaten pertama di kawasan Danau Toba yang menetapkan visi dan misi pariwisata. Pada tahun 2016, Presiden Joko Widodo menetapkan program kerja prioritas pariwisata nasional, yang kemudian ditingkatkan menjadi superprioritas.
Rencana pembangunan daerah jangka panjang Samosir pada saat itu, yang juga disepakati DPRD Samosir, adalah kabupaten ini akan menjadi tujuan wisata internasional tahun 2025. Pada awalnya itu mustahil, tetapi harapan terbuka ketika Jokowi menetapkannya pada 2016.
“Apa yang sudah kita rintis dulu di Kabupaten Samosir ini, saya yakin kalau Vandiko jadi bupati, akan bisa dikembangkan ke depan. Saya yakin Vandiko pasti bisa melanjutkan itu,” kata Mangindar Simbolon.