Masalah matinya ternak babi akibat serangan virus African Swine Fever (ASF) di Sumatra Utara (Sumut) belum dapat terselesaikan. Kabar baiknya, menurut anggota DPRD Provinsi Sumut, Sugianto Makmur, saat ini sudah ada varietas babi baru yang sedang disiapkan untuk mengatasinya. Namun, masih perlu kajian lebih lanjut agar bibit tersebut benar-benar sudah siap diberikan ke masyarakat untuk dikembangkan.
“Jangan sampai sudah diberikan ke masyarakat, kemudian babinya mati lagi. Jadi, menunggu sampai aman baru mulai menyalurkannya. Sudah ada varietas babi yang saya dengar kebal dengan ASF ini. Kita mendorong pemerintah agar cepat mengatasi masalah ini,” kata Sugianto Makmur kepada HMS, 5 November 2020.
Bibit babi baru itu, katanya, diharapkan dapat menjadi solusi bagi peternak babi di Sumut yang sudah mengalami kerugian besar akibat serangan virus ASF.
Sementara itu Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumut, Azhar Harahap, mengatakan hingga saat ini ada 170 ribu lebih ekor babi yang mati akibat virus tersebut, yang terbanyak di Nias. “Kemarin kita sudah sampaikan semua permasalahan yang kita temukan itu ke Kementerian,” katanya kepada HMStimes.com di gedung DPRD Sumut, 5 November 2020.
Dia mengatakan hingga kini masyarakat di Nias belum diizinkan kembali melakukan peternakan babi sebelum ada keputusan dari Kementerian. Sedangkan untuk daerah lain, Dinas sudah melakukan perbaikan sanitasi dan menjaga agar virus tidak masuk lagi. Yang dicemaskan saat ini, katanya, adalah masuknya celeng, babi hutan, dari kawasan Sumatra Barat ke Sumut.
Sedangkan mengenai bantuan bibit babi, katanya, pihaknya sudah mengusulkan ke Kementerian, dan saat ini masih menunggu jawaban.