Berbicara martabak pasti akan memperoleh informasi nama sebuah desa yaitu Lebaksiu. Jadi jika menemukan pedagang martabak telur di mana pun, dan menanyakan dari mana asal pedagangnya. Jawaban yang akan diperoleh: Lebaksiu! Desa dengan nama yang sama untuk wilayah kecamatannya. Masuk daerah Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah.
Kita bukan ingin membahas Lebaksiu. Tetapi lebih mengungkap cerita, siapa yang dipercaya menciptakan jenis penganan khas martabak telur tersebut dan hubungannya dengan Lebaksiu.
Ketua Asosiasi Martabak dan Jajanan (Almarjan) Indonesia, Haji Maskun, Sabtu, 22 Mei 2021 menuturkan, bagi masyarakat Desa Lebaksiu Kidul (selatan), Lebaksiu Lor (Utara) dan sekitarnya, Abdullah satu nama yang sangat dikenal sebagai orang pertama pada zamannya menciptakan dan memperdagangkan martabak telur.
Abdullah ternyata bukan warga asli Tegal, apalagi Lebaksiu. Sebab ternyata ia orang perantauan dari India. Namanya dikenal masyarakat, karena Abdullah pernah tinggal di Desa Lebaksiu Kidul, demikian dikutip dari radartegal.com, yang dipublikasikan Sabtu, 22 Mei 2021.
Bukan hanya itu, Abdullah juga dipercaya berhasil mengarahkan masyarakat Lebaksiu, untuk berusaha dan menjadi pedagang martabak. Bahkan, para penerus jejak Abdullah kini telah membuka usaha dagang martabak di berbagai kota di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
“Meski asalnya dari India, tapi Abdullah juga pernah tinggal di Desa Lebaksiu Kidul,” kata Haji Maskun saat khaul Tuan H Abdullah di Desa Yamansari, Kecamatan Lebaksiu akhir pekan lalu.
Khaul merupakan peringatan atas kelahiran seseorang itu, dibalut dengan acara silaturahim atau halalbihalal. Hadir sejumlah pengusaha martabak asal Lebaksiu yang merantau di berbagai kota besar di Indonesia.
Khaul kali ini memang tidak dihadiri anak dari Abdullah. Sebab ketiga anak almarhum, dua di antaranya sudah meninggal dunia. Sedangkan satu orang lagi berdomisili di Kota Tangerang, Banten.
Kisah perjalanan hingga meninggal dunia di Lebaksiu berawal saat Abdullah tinggal di Kota Semarang bersama istri. Beberapa saat setelah istrinya meninggal dunia, Abdullah menikah lagi dengan Hajjah Masniah warga Lebaksiu. Ketika itu, calon istrinya itu bekerja sebagai salah satu karyawan Abdullah.
“Setelah menikah lagi dengan Masniah, Abdullah akhirnya tinggal di Lebaksiu. Dan pertama kalinya Abdullah menciptakan martabak telur sekitar tahun 1935,” katanya.
Kendati sudah menciptakan martabak telur, kata Haji Maskun, Abdullah tidak pernah mangkal di Tegal. Dia justru keliling kota mengikuti rombongan acara hiburan rolet semacam perjudian yang digelar bersamaan acara yang dikenal di Jawa sebagai Pasar Malam. Setiap keliling kota, Abdullah selalu mengajak keluarga Masniah, untuk menjadi bagian dari karyawannya.
Kendati sudah menciptakan martabak telur, kata Haji Maskun, Abdullah tidak pernah mangkal di Tegal. Dia justru keliling kota mengikuti rombongan acara hiburan rolet. Setiap keliling kota, Abdullah selalu mengajak keluarga Masniah untuk menjadi karyawannya mengolah dan menjual martabak telur.
Ketika sudah bisa membuat adonan martabak, tidak sedikit karyawannya yang keluar dan membuka usaha sendiri. Hal itu selalu dilakukan oleh karyawannya hingga akhirnya masyarakat Lebaksiu banyak yang berprofesi sebagai pedagang martabak di sejumlah kota besar.
Ketua Kerukunan Keluarga Lebaksiu Tegal-Makasar (KKLTM), Haji Soni mengakui, berkat Abdullah, masyarakat Lebaksiu banyak yang sukses menjadi pengusaha martabak. Kali ini, pihaknya mengucapkan syukur dengan terselenggaranya Khaul Tuan Haji Abdullah.
Haji Abdullah, dimakamkan di Desa Lebaksiu Kidul dan warga selalu mengirimkan doa untuk almarhum setiap tahun. Selain dihadiri sejumlah pengusaha martabak, juga menghadirkan KH Abdul Aziz dari Bojong sebagai penceramah.