Sukses pada gelaran pertama, Indo Graffiti Day kembali digelar pada Minggu, 14 Febuari 2021. Aksi coret-coret di dinding itu pun digelar serentak hampir di seluruh kota Indonesia.
Aksi itu diinisiasi oleh Gardu House, sebuah wadah atau perkumpulan yang berisikan orang-orang yang mempunyai hobi terhadap grafiti dan seni jalanan yang beralamat di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Perkumpulan para seniman itu gencar menggelar event-event grafiti dengan tujuan mengubah pandangan masyakarat Indonesia terhadap seni jalanan agar tak terlampau buruk.
Koordinator aksi Indo Graffiti Day 2021 di Batam, Rama Wardani, mengatakan aksi mereka kali itu lebih dari sekadar menyalurkan hobi. Tetapi sedikit mengambil peran dalam memperindah Kota Batam dengan coretan yang menggurat di dinding beton. Dilakukan di salah satu tembok di Jl Raja Ali Haji, Nagoya, Batam, aksi itu pun melibatkan tiga writer atau seniman pembuat grafiti dengan konsep dan ciri khasnya masing-masing.
“Keterlibatan Kota Batam dalam aksi serentak ini bertujuan ingin mengenalkan seni serta budaya yang juga hidup di kota industri ini. Tapi karena memang Indo Graffiti Day 2021 tak mengusung konsep apapun, jadi bebas menampilkan coretan masing-masing,” kata Rama kepada HMS di lokasi.
Jauh sebelum muncul tembok-tembok beton yang bersanding dengan proyek pelebaran jalan baru-baru ini, para writer di Batam umumnya melampiaskan hasrat seninya pada dinding-dinding ruko atau gedung. Meski tak pernah bersinggungan dengan delik hukum saat beraksi, tapi tak jarang mereka ditegur oleh aparat kepolisian yang melintas.
Salah satu writer Indo Graffiti Day 2021 di Batam, Dimas, menolak jika guratan penuh warna karyanya disebut sebagai aksi vandal. Menurutnya, anggapan itu hanya keluar dari orang yang kurang edukasi.
“Secara bahasa, vandal itu kan aksi merusak barang. Yang kami lakukan kan justru sebaliknya,” katanya.
Menurutnya, apa yang dilakukan writer adalah mengubah tembok luas dengan warna monoton menjadi media seni yang diberi grafiti atau mural terkonsep.
Lebih jauh, ia pun menjelaskan perbedaan antara grafiti dan mural yang kerap dianggap sama. Grafiti adalah coretan di dinding dengan mempertimbangkan komposisi warna, garis, bentuk, dan volume untuk menuliskan kata, simbol atau kalimat tertentu. Alat yang digunakan untuk grafiti juga biasanya cat semprot atau spray.
“Grafiti bersifat individualis atau merujuk pada kelompok tertentu. Karena gambar yang dibuat biasanya identik dengan si pembuat atau komunitas writer,” terangnya.
Sementara mural, menurut Dimas memiliki arti yang lebih luas. Sebab mural seringkali digunakan untuk menyampaikan kritik sosial.
“Secara deskripsi sih begitu. Walaupun belakangan baik grafiti maupun mural sering dipadu padankan dan maknanya bisa disesuaikan dengan tujuan writer itu sendiri,” kata Dimas.