Benhauser Manik duduk tepekur membaca pesan yang menyelusup masuk ke ponselnya. Wajahnya merah menahan sedih. Bibirnya terkatup. Air matanya berlinang jatuh di atas kapal yang sedang dia nahkodai melintas di Laut Jawa. Subuh itu, 20 Mei 2021, pelaut kawakan ini mendapat kabar kalau sahabat karibnya, Jurado Siburian, telah pergi dengan damai ke pangkuan Ilahi.
Gelombang dahsyat mengguncang batinnya. Dan itu bukan yang terakhir, gelombang berikutnya adalah sinyal ponselnya yang baru muncul itu kembali hilang. Pertanda duka harus dia pendam sendiri sedikit lebih lama. “Akhirnya sepanjang pelayaran saya menceritakan kepada semua orang di kapal tentang bagaimana perjalanan hidup seorang Jurado, sahabat karibku, teman kecilku,” kata Benhauser kepada HMS, 21 Mei 2021.
Di mata Benhauser, Jurado adalah kombinasi pribadi nekat, figur yang konsisten mempertahankan prinsip, ringan hati, dan gemar menolong orang. Sosok Jurado sendiri, sudah dia kenal sejak medio 1980-an, sewaktu mereka sama-sama masih bersekolah dan belajar bela diri di Kabupaten Simalungun, Sumatra Utara. “Saya tahu persis bagaimana dia. Jurado sang pemberani, sebutan itu sangat pantas diberikan kepada sahabat dan rekan bermainku di kampung halaman,” katanya.
Benhauser menuturkan terkadang Jurado lebih suka mengorbankan dirinya untuk siapapun yang dia rasa sedang tertindas. Tinjunya dapat dengan mudah diacungkan pada orang yang coba-coba mengganggu temannya. Ini adalah nilai-nilai luar biasa yang membuat Benhauser kagum, tapi juga kadang mencemaskan.
Ceritanya, sewaktu di kampung halaman dulu, Jurado dan Benhauser ini tumbuh dalam lingkungan yang keras dan keduanya memiliki pergaulan yang cukup liar. Di sana mereka terkenal sebagai seorang petarung yang suka berlatih bela diri. Ada satu momen yang Benhauser kenang dalam masa-masa itu, yang menunjukkan keberanian seorang Jurado, yaitu sewaktu mereka berencana membuka sasana tarung dari satu kampung ke kampung lain.
“Waktu itu banyak pertentangan dari anak kampung setempat atas kehadiran kami yang mereka anggap mengusik. Tetapi, seorang Jurado tidak pernah pantang mundur, bahkan pernah satu masa satu kampung mengejar kami, sampai motornya Jurado dibakar. Tetapi itu tidak membuat dia jera, dia tidak pernah takut,” kata Benhauser.
Kisah pertemanan mereka tidak sebatas karib di kampung halaman saja. Pada tahun 1995, bermodal ijazah sekolah menengah atas (SMA), Jurado nekat pergi meninggalkan Simalungun dan merantau ke Kota Batam. Benhauser menyusul tujuh bulan setelahnya. Kehidupan keras dari garis terbawah pun sama-sama mereka mulai di bumi segantang lada ini.
“Kami ketemu lagi di pasar Nagoya. Semua kami mulai dari nol. Waktu itu Jurado, melakukan apapun yang bisa ia kerjakan untuk bertahan hidup. Mulai dari berjualan koran, hingga menjaga parkir di hiburan malampun dia lakoni,” katanya.
Beberapa tahun setelahnya, Benhauser menunjukkan ketertarikannya untuk bekerja di dunia pelayaran, dan lambat laun ia pun mulai meniti karir sebagai anak buah kapal (ABK) di sebuah perusahaan pelayaran.
Sementara Jurado, masih sibuk dengan pertarungan lain. Dunia jalanan, tempat ia bekerja dan mencari kesenangan. Sebuah dunia yang tidak bisa dikuasai sembarang orang tanpa pengalaman dan keberanian. Ya, meskipun di rantau, Jurado, tidak pernah berubah gayanya. Dia berani dan meledak-ledak.
“Sempat aku buatkan dia buku pelaut supaya mengikuti peruntunganku sebagai pelaut. Tetapi nasib berkata lain, sampai masa berlaku buku pelaut itu habis dia tidak juga kerja di kapal. Kami memang memilih jalan hidup yang berbeda, dan Jurado, meneruskan kehidupan awal dengan mengadu nasib di jalanan,” kata Benhauser.
Tahun-tahun berlalu, Jurado, yang sedang menikmati dunianya itu pun akhirnya menemukan medan perkelahian baru dalam menemukan jati dirinya. Petarung ini mendadak jatuh sakit, ia terkena demam berdarah. Masa itulah yang menurut Benhauser menjadi salah satu titik balik yang mengubah cara hidup sahabatnya itu.
“Dia terbaring lemah di kamar kos-kosan, dan saat itu ada seorang saudara satu marga yang terus memberikan semangat, dan nasehat. Sakit itu seolah merupakan titik balik yang mengubah pola pikirnya,” kata dia.
Pendek kata, akhirnya Jurado pun mulai berkenalan dengan dunia sosial lebih dalam. Dia menggeluti banyak bidang dan besentuhan dengan ragam masalah masyarakat. Benhauser pun tak menyangsikan jasa-jasa Jurado di lingkungannya. Hingga sahabatnya itu maju mencalonkan diri menjadi anggota DPRD Kota Batam periode 2014-2019, dan berhasil menang menduduki kursi parlemen pun tidak lepas dari dukungan Benhauser.
“Begitulah Jurado, semua dengan segala sikap perilaku, dan pola pikirnya untuk melangkah lebih maju. Tentu saya sebagai teman sangat mendukung waktu dia mau maju itu. Apapun yang bisa saya lakukan saya lakukan untuk memastikan sahabat saya ini duduk (di DPRD Batam). Bahkan saya hibahkan satu bangunan untuk dia jadikan kantor waktu itu, supaya dia lebih leluasa membuat perencanaan kegiatannya,” kata Benhauser.
Selain itu, bersama-sama keduanya pun juga mengembangkan kesenangan mereka semasa muda yaitu seni bela diri Judoka Kungfu Indonesia, dan membuka sasana pelatihan di Batam. Keduanya pun menjadi guru besar dan pelatih yang membina anak-anak yang ingin mempelajari seni bela diri. “Kami berlatih bersama-sama sedari muda hingga kami mencapai tingkat terakhir.”
Hari ini, Jumat, 21 Mei 2021, Jurado Siburian, sudah disemayamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Sei Temiang. Ratusan pelayat menghadiri prosesi pemakamannya itu. Kepergiannya tak hanya meninggalkan jejak bagi keluarganya, tetapi juga masyarakat Batam. Bahkan, sejak disemayamkan di rumah duka, tidak henti-hentinya pelayat mendatangi rumah duka untuk memberikan penghormatan yang terakhir kalinya. Hingga proses pemakamannya, antusias warga pun masih terasa.
“Sebelum pemakaman hari ini pun almarhum terlebih dulu dilakukan pemberkatan jenazah di Gereja HKBP Tembesi Indah, karena beliau adalah tokoh dibalik berdirinya gereja tersebut sehingga pihak gereja melakukan acara khusus,” kata Benhauser.
Ya, begitulah sepenggal kisah tentang Jurado Siburian, yang meninggal dunia pada Rabu, 19 Mei 2021 lalu. Dia adalah mantan Anggota DPRD Kota Batam, Kepulauan Riau, periode 2014-2019. Sampai akhir hayatnya, dia tercatat sebagai seorang advokat dan aktif di berbagai organisasi sebagai Guru besar Judoka Kungfu Indonesia, Ketua Garda Pemuda Ikabsu, Penasehat Pemuda Batak Bersatu, dan Komandan pleton Pemuda Pancasila.
Ragam prestasi telah dicapai oleh Jurado Siburian, semasa hidupnya. Dia mempunyai banyak teman salah satunya adalah Benhauser Manik, yang menganggapnya sebagai kawan yang tak terlupakan. Khusus untuk kawannya itu pun dari Laut Jawa, Benhauser Manik menuliskan sepucuk surat. Begini isi suratnya:
“Kau telah mengakiri pertandingan hingga garis finish”. Inilah ungkapan terakhir yang bisa aku sematkan padamu teman bermainku. Kepergianmu ini aku terima saat aku sedang dalam pelayaran melintas di Karimunjawa, walau hanya sebentar karna jaringan internet yang terbatas. Kucoba kuat untuk membaca group Judoka Kungfu Indonesia dan Sisabur Holong, air mataku terus deras mengalir.
Banyak cerita kita kawan sejak bersama latihan beladiri Judoka Kungfu Indonesia di SMA Negeri Tanah Jawa sampai kita menjadi pelatih bersama. Saat itu, kau terlebih dahulu memutuskan untuk mengadu peruntungan dengan merantau ke Batam. Tahun berganti kita bersama lagi di Batam, aku buatkan buku pelautmu agar kau mengikut peruntungangku sebagai pelaut. Tapi nasib berkata lain, hingga buku pelaut habis masa berlaku kau tidak jadi kerja di kapal.
Kita memilih jalah hidup yang berbeda dan kau meneruskan kehidupan awal kita mengadu nasib di jalanan. Itulah sedikit sepenggal cerita masa bermain kita Jurado, sahabat karibku. Saat ini juga aku tidak dapat melihatmu untuk yang terakhir kalinya dan menghantarkanmu ke tempat peristirahatan terakhir. Aku sudah menitip pesan buat para senior, dan junior Judoka Kungfu Indonesia kita, serta Sisabur Holong, untuk memberikan penghormatan terakhir. Mereka akan mewakiliku karena pelayaranku baru akan tiba di pelabuhan tujuan malam ini tepatnya jam 23.00 WIb.
Aku melepasmu menghadap Tuhan sang Pencipta, tenanglah di duniamu yang baru. Aku percaya kau telah bersama Kristus di Surga, karena akhir dari perjalanmu berada di tanganNya, Yesus Kristus Sang Penebus Dosa kita.