Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI), AA La Nyalla Mahmud Mattalitti, mendorong generasi milenial untuk masuk dan menguasai pasar ekonomi digital yang memiliki potensi sangat besar.
Hal ini penting ditekankan agar Indonesia tidak hanya menjadikan teknologi dan digital sebagai sarana hiburan belaka, tetapi bisa untuk menciptakan produktivitas dan nilai tambah bagi perekonomian.
“Yang ingin saya tekankan dalam hal ini adalah, ayo bersiap. Tidak ada kata terlambat. Semua anak muda harus bersiap. Jangan sampai besarnya pasar ekonomi digital itu justru dinikmati oleh perusahaan-perusahaan besar dari luar negeri,” kata La Nyalla selaku Keynote Speech secara virtual pada acara Seminar Nasional Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Jumat, 3 Desember 2021.
Pada acara yang mengambil tema ‘Digitalisasi dan Teknologi Sebagai Infrastruktur Bagi Milenial Dalam Mewujudkan Indonesia Emas 2045’, La Nyalla memaparkan besarnya potensi ekonomi digital.
Dari tahun ke tahun, katanya, nilai transaksi belanja online terus meningkat. Tahun 2020 lalu mencapai Rp266 triliun. “Tetapi ada satu keprihatinan dalam diri saya, karena masih maraknya produk impor di berbagai marketplace Indonesia,” kata Ketua Dewan Penasehat KADIN Jatim itu.
Ia tak menampik jika 90 persen, atau bahkan 95 persen, penjual di marketplace orang lokal. Tetapi produk yang dijual justru kebalikannya, sekitar 90 persen adalah impor. Ini tentu harus menjadi perhatian bersama, karena begitu besarnya nilai transaksi belanja online kita, yang mencapai lebih dari Rp266 triliun itu. Artinya mayoritas uang rakyat dibelanjakan untuk produk impor.
“Penjual di marketplace hanya ambil marjin. Nilai tambah utama tentu ada pada produk atau pelaku impor di luar negeri. Inilah salah satu PR kita untuk membawa anak-anak muda masuk dalam ekosistem belanja digital,” kata La Nyalla.
Bukan Hanya Belanja
Tentu saja ketika berbicara ekonomi digital bukan hanya soal belanja online. Di dalamnya ada berbagai segmen bisnis, ada aplikasi, ada software, ada teknologi bidang kesehatan, dan sebagainya. Belum lagi jika kita berbicara tentang perkembangan teknologi gelombang baru dunia digital seperti teknologi 5G, IoT atau internet of things, blockchain, artificial intelligence, dan cloud computing.
“Semuanya itu jika kita tangkap dengan baik peluangnya, tentu akan sangat memperbaiki kualitas pertumbuhan ekonomi bangsa kita,” kata senator asal Jawa Timur itu.
Dikatakanya, banyak riset menunjukkan, ekonomi digital Indonesia akan tumbuh delapan kali lipat pada tahun 2030. Nilainya diprediksi mencapai 4.500-an triliun rupiah.
“Luar biasa besar, mengingat populasi bangsa kita yang juga besar, sehingga menjadikannnya sebagai pasar prospektif dari ekonomi digital,” kata La Nyalla.
Namun, katanya, ada beberapa catatan penting yang harus dibenahi bila ingin memperkuat daya saing dalam menghadapi pesatnya perkembangan ekonomi digital. Pertama, kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM), karena kesiapan SDM adalah pilar dasar dalam ekosistem inovasi digital.
Ditegaskan La Nyalla, digital hanyalah alat. Skemanya, inovasinya, terobosannya, peruntukannya, berdasarkan perencanaan dari manusia.
Kedua, kesiapan infrastruktur. Saat ini, fasilitas infrastruktur telekomunikasi belum merata, terutama di kawasan timur Indonesia. Akibatnya, terjadi kesenjangan digital. Mayoritas pengguna internet di Indonesia hanya berpusat di Jawa, Sumatera, dan Bali.
“Tanpa pemerataan infrastruktur telekomunikasi, tentu akan sulit untuk menciptakan kaum muda kreatif dengan sentuhan digital di pelosok-pelosok negeri,” kata dia.
Ketiga, kesiapan regulasi. Sebab menurut La Nyalla, dunia digital adalah dunia yang begitu dinamis. Hitungan perubahannya bukan tahun, tapi hari, bahkan jam. Maka, kata dia, pemerintah harus menyiapkan regulasi yang tidak kuno, yang mengakomodasi perkembangan zaman, namun tetap dalam koridor aturan yang baik dan memihak kepada kepentingan bangsa.
La Nyalla percaya GMKI melalui kegiatan seminar nasional ini pasti ingin memberi kontribusi positif bagi perjalanan bangsa ke depan. Salah satunya dalam menyambut bonus demografi pada usia 100 tahun Indonesia. Apalagi, GMKI memilki tokoh panutan, yaitu dokter J. Leimena, yang juga Pahlawan Nasional Indonesia, sekaligus penggagas cikal bakal lahirnya GMKI.
“Karena itu, ke depan, saya berharap para anggota GMKI bisa terus mengaktualisasikan diri, belajar dengan giat, berorganisasi dengan baik, beribadah dengan tekun dan mengabdi kepada rakyat tanpa mengenal lelah, sehingga lahir dokter J. Leimena yang lain di era saat ini,” kata Ketua DPD RI.