Oleh: Rivaldi
Mendengar kata lamun, tentunya asing jika didengar oleh masyarakat umum, padahal hampir setiap kali kita ke pantai kita melihat lamun di pesisir pantai. Lamun adalah tumbuhan berbunga seperti rumput pada umumnya yang beradaptasi untuk hidup terendam dalam air laut. Lamun juga dapat hidup di perairan yang dipengaruhi zona pasang surut, lamun memang mirip seperti rumput, namun lamun bisa bertahan dalam zona terendam air laut, oleh karena itu lamun disebut sebagai rumput laut (Seagrass). Banyak orang mengira bahwa rumput laut adalah makanan yang diolah menjadi makanan (es rumput laut), namun pada kenyataannya rumput laut yang kita makan sebenarnya adalah Alga (Sea weed), sering terjadi kesalahan yang menjadi kebiasaan untuk menyebut alga sebagai rumput laut, padahal rumput laut yang sesungguhnya memang berbentuk seperti rumput di darat yang biasanya kita kenal.
Lamun disebut sebagai tumbuhan tingkat tinggi karena mempunyai akar, rimpang, pelepah daun, helai daun, bunga, buah, dan biji yang tumbuh di laut dangkal. Lamun juga mempunyai batang tertanam di substrat (akar rizhome). Selain itu, lamun berkembang biak secara generatif dengan penyerbukan dalam air (hydrophilous pollination) dan buahnya terbenam di dalam air. Dan tentunya lamun tumbuh pada daerah bersalinitas dan hebatnya lagi dia dapat bersaing dengan biota lain dalam kondisi stabil atau tidak stabil di laut.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Muzani et.al, 2020 tentang Manfaat Padang Lamun di antaranya adalah sebagai media untuk filtrasi atau menjernihkan perairan laut dangkal, di mana lamun berperan dalam menyaring debu-debu yang terdapat di permukaan air laut. Padang lamun berfungsi sebagai tempat tinggal berbagai biota laut, termasuk biota laut yang bernilai ekonomis, seperti ikan baronang/lingkis, ikan cendro, rajungan atau kepiting, teripang dan lain-lain. Keberadaan biota tersebut bermanfaat bagi manusia sebagai sumber bahan makanan. Manfaat lainnya yaitu sebagai tempat mencari makanan bagi berbagai macam biota laut, terutama dugong, ikan cendro, dan penyu yang hampir punah. Hal penting lainnya yaitu lamun dapat mengurangi besarnya energi gelombang di pantai dan berperan sebagai penstabil sedimen karena akarnya yang dapat mengikat substrat sehingga mampu mencegah erosi di pesisir pantai dan berperan dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Ekosistem lamun juga mempunyai peranan penting dalam menunjang kehidupan dan perkembangan jasad hidup di laut dangkal. Tetapi keberadaan padang juga dapat rusak. (Muzani, et.al, 2020)
Kerusakan lamun juga dapat disebabkan oleh manusia. Lamun seringkali dianggap sebagai tanaman pengganggu, sehingga akhirnya diabaikan atau dimusnahkan demi kepentingan estetika, padahal jika kita lihat uraian di atas, lamun begitu penting bagi ekosistem laut dan kepentingan manusia itu sendiri. Padahal Lamun tidak tumbuh disembarang tempat, beberapa jenis hanya tumbuh di kondisi yang sesuai dengan jenisnya. Di dunia terdapat 13 spesies yang tersebar luas, dan di Indonesia terutama di Pulau Bintan, Kepulauan Riau memiliki 10 spesies di antaranya Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Thalassodendron ciliatum, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Syringodium isoetifolium, Halodule uninervis, Halodule pinifolia, Halophila ovalis, dan Halophila spinulosa. Dengan banyaknya spesies yang ada di Indonesia seharusnya kita lebih peduli dan mempertahankan keberadaan lamun, bukan menganggapnya sebagai pengganggu, karena jika dilihat kembali, ketika lamun benar-benar sudah rusak, akan menyebabkan perairan di daerah tersebut dapat tercemar, keruh, dan menghambat ekosistem yang ada di sana yang berdampak pada ekonomi dan sumber bahan makanan. Dan lagi aktivitas manusia seperti pengerukan pantai dan kepentingan pembangunan wisata yang juga mengancam keberadaan lamun, jika terus dibiarkan semakin lama perairan yang harusnya normal dan menjadi rusak karna lamun juga berperan dalam membersihkan polutan, kita tahu menumbuhkan lamun bukan hal yang mudah, kita harus sadar dan saling mengingatkan, jika tidak dipedulikan dan dianggap pengganggu, tentunya di masa depan akan menyebabkan efek yang merugikan kita manusia.