Sejak pandemi Covid-19 mewabah di Indonesia, benyak aktivitas terpaksa harus dilakukan dari rumah tak terkecuali kegiatan belajar mengajar. Proses belajar mengajar pun terpaksa dilakukan secara daring.
Dimulainya tahun ajaran baru, pada Senin, 4 Januari 2021 lalu, Dinas Pendidikan Kota Batam, Kepulauan Riau, memperbolehkan tiga kecamatan hinterland untuk melakukan pembelajaran tatap muka, di antaranya: Kecamatan Galang, Belakang Padang, dan Bulang.
Tiga kecamatan yang diperbolehkan itu harus memenuhi persyaratan yang diajukan oleh Dinas Pendidikan, di antaranya mematuhi protokol kesehatan, menjaga jarak, menyiapkan tempat mencuci tangan, dan memiliki alat pengukur suhu tubuh.
Memasuki pekan keempat proses belajar tatap muka di sekolah hinterland, pantauan HMS di Kamis, 28 Januari 2021, SMP N 1 Batam, Belakang Padang, tampak berjalan lancar. Para murid dan guru yang hadir juga mematuhi protokol kesehatan lengkap dengan memakai masker. Selain itu, di dalam kelas juga hanya berisikan 50 persen dari jumlah keseluruhan murid.
Wakil Kepala Sekolah SMP N 1 Batam, Maiyatun mengatakan, setiap murid yang hadir diwajibkan menggunakan masker. Pihaknya juga telah menyiapkan fasilitas cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun dan air bersih. Ia pun telah mengimbau kepada seluruh murid untuk membawa bekal masing-masing karena kantin sekolah belum diizinkan untuk dibuka.
“Setiap akan masuk kelas juga anak-anak kita cek dulu suhu tubuhnya. Jadi kita minta mereka datang lebih awal, jam 7.00 pagi,” kata Maiyatun kepada HMS pada Kamis, 28 januari 2021.
Maiyatun menjelasakan, ada beberapa ketentuan lain yang juga harus dipatuhi oleh seluruh murid tersebut. “Kalau demam, batuk, dan pilek mereka dilarang masuk sekolah. Tapi mereka tetap belajar di rumah secara daring,” katanya.
Ia menyebutkan, total keseluharan jumlah murid SMP N 1 Batam adalah sebanyak 355 orang yang terbagi menjadi sembilan rombongan belajar (rombel) dan 18 orang tenaga pengajar.
“Rata-rata jumlah per rombel ada 36 siswa. Tapi untuk satu shift hanya 18 siswa saja, sisanya masuk di shift kedua yakni mulai dari pukul 10.30 sampai dengan pukul 13.00,” ujarnya.
Setiap harinya, kata dia, para murid hanya mempelajari lima mata pelajaran dengan durasi masing-masing 30 menit. Pihak sekolah pun meniadakan jeda istirahat bagi siswa, sehingga kegiatan tiap anak hanya datang ke sekolah, belajar, dan langsung pulang.
“Walau begitu ada beberapa wali murid di kelas IX yang menolak anaknya belajar tatap muka di sekolah. Mungkin karena khawatir. Tapi jumlahnya tidak banyak, para wali murid itu pun sudah membuat surat penyataan menolak pembelajaran tatap muka dan meminta anaknya untuk belajar secara daring di rumah,” kata Maiyatun.
Jedralino, salah satu siswa kelas VII di SMP N 1 Batam mengaku senang bisa belajar tatap muka di sekolah. Ia merasa bosan dengan kegiatan belajar daring yang biasa dilakukannya selama ini. Menurutnya belajar tatap muka lebih mengasyikkan karena ia juga bisa bertemu dengan teman-temannya.
“Belajar di sekolah membuat saya lebih bersemangat karena bisa langsung bertanya ke guru kalau tidak paham pelajaran. Saya juga bisa belajar bareng sama kawan-kawan,” katanya.