Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mulai dari mikro, darurat hingga level 4 di Batam, Kepulauan Riau sejak Juli 2021 lalu membuat aktivitas di mal-mal terhenti. Aturan yang hanya membolehkan sektor esensial seperti kebutuhan pokok, keuangan, dan komunikasi beroperasi membuat usaha lain nyaris bangkrut. Pedagang butuh bantuan, mal rugi miliaran.
Menunda kebangkrutan, pedagang elektronik di Nagoya Hill Mall sekarang ini untungnya masih punya cara. Mereka, para pedagang telepon genggam dan laptop berinisiatif menjajakan dagangan di parkiran luar mal.
Pada Rabu, 4 Agustus 2021, HMS melintas di sana. Baru beberapa meter melewati portal mal, berapa sales sudah tampak melambai ke setiap pengendara kendaraan motor yang melintas. “Cari apa, Bang? Kita lagi ada promo, tanya-tanya dulu juga boleh,” kata salah satu sales sewaktu HMS lewat.
Mereka menjajakan dagangannya di bagasi mobil. Menggunakan atribut lengkap, menempel informasi singkat plus penawaran diskon di titik strategis yang gampang terlihat. Upaya untuk menarik perhatian calon pembeli. Namun, siang itu, sekitar satu jam HMS berada di sana, pengunjung yang datang tak lebih dari hitungan jari. Itu pun rata-rata masyarakat yang ingin belanja kebutuhan pokok di hipermarket mal yang tetap diperbolehkan buka.
Herman, salah satu pedagang laptop di sana, mengatakan, dirinya sudah berjualan di parkiran mal itu sejak 16 Juli 2021 lalu. Empat hari setelah PPKM darurat diberlakukan. Dia mengatakan, cara ini terpaksa harus dilakukan agar dapat tetap memiliki pemasukan.
“Sejauh ini belum ada bantuan dari pemerintah terhadap para pedagang di mal-mal. Jadi ya kami berinisiatif lah jualan kayak gini, pihak pengelola mal juga memberikan izin,” katanya kepada HMStimes, Rabu, 4 Agustus 2021.
Menurut Herman, pendapatannya saat ini jauh berbeda jika dibandingkan pada saat dia berjualan di mal. Meski tidak menyebut angka perbandingan, tetapi dia mengaku bahwa saat ini paling tidak dalam satu hari mampu menjual sedikitnya satu laptop.
“Kami para pedagang sebagai masyarakat, ya, tentu mendukung langkah yang diambil pemerintah dalam menekan penyebaran Covid-19. Tapi coba lah kami diberi atensi juga, toh, kami juga punya tanggungan yang harus dipenuhi. Ada keluarga di rumah, belum lagi karyawan,” katanya.
Sejauh ini, Herman mengaku belum mengetahui sampai kapan akan berjualan di parkiran mal tersebut. Dia juga berharap pandemi dapat segera usai agar kondisi menjadi normal kembali. “Tetapi yang kita heran, kok hipermarket masih boleh buka. Kan, sama saja bohong.”
Wartopo, bagian pemasaran Panbil Mall, mengatakan, meskipun tidak ada penyewanya yang berjualan di parkiran, tetapi ia mengaku mendapat banyak keluhan dari para penyewa semenjak mal ditutup.
“Tentu banyak yang kecewa, apalagi para tenant [penyewa] karena mereka pasti juga butuh pemasukan. Namun, kita minta mereka bersabar,” katanya kepada HMS.
Dia menjelaskan selama PPKM berlaku mal-nya mengalami kerugian dengan angka yang fantastis. “Miliaran rupiah, Mas. Itu belum dihitung selama pandemi, ya,” katanya.