Perkiraan kerugian Pertamina akibat terbakarnya tangki penimbun BBM di kompleks Kilang Balongan mencapai Rp1,25 triliun. Perhitungan kerugian tersebut disampaikan, Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI), Yusri Usman, dalam keterangan tertulis kepada pers Senin, 29 Maret 2021.
Musibah besar terjadi saat tangki nomor T-301 di Kilang minyak PT Pertamina RU VI Balongan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat terbakar. Peristiwa itu terjadi Senin, 29 Maret 2021, sekitar pukul 00.45 WIB.
Kini ratusan warga berasal dari desa Balongan yang berlokasi paling dekat dengan tempat kejadian telah mengungsi. Diperkirakan terdapat sekitar 200-an warga diungsikan di Pendopo Kabupaten Indramayu, sekitar 400 orang di Islamic Center Indramayu dan sekitar 350 warga di GOR Perumahan Bumi Patra.
Menurut perhitungan CERI, berdasarkan diameter tangki 55,5 meter, dengan kapasitas tampung BBM sebanyak 37 ribu meter kubik, dan saat terbakar terisi maksimum 80%, maka artinya satu tangki penuh berisi 32 ribu kilo liter, atau setara 200 ribu barel.
Untuk jumlah 4 tangki berisi BBM jenis naphta, gasoline dan Pertamax Ron 92 sejumlah 800 ribu barel yang terbakar, jika diasumsikan harga per barel US $70, maka kerugian Pertamina menjadi 80 ribu barel kali US $70 sama dengan US $56 juta.
Sementara biaya untuk membangun empat tangki jenis floating roof, dengan fasilitas aksesoris pompa dan perlengkapan safety seperti kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) Tuban, dibutuhkan sekitar US $5 juta per tangki. Sehingga untuk membangun seperti semula, dibutuhkan dana US $20 juta.
Selain itu, perkiraan dana membayar ganti rugi dan pengobatan para korban, serta ditambah untuk operasi pemulihan lingkungan sebesar US $2 juta. Sehingga perkiraan total potensi kerugian yang akan dialami Pertamina sekitar US $56 juta atau setara Rp1,25 triliun. Demikian keterangan tertulis CERI.
Olah Minyak Mentah
Kilang Balongan PT Pertamina (Persero) atau Refinery Unit (RU) VI Balongan merupakan kilang keenam dari tujuh kilang Direktorat Pengolahan PT Pertamina dengan kegiatan bisnis utamanya adalah mengolah minyak mentah (Crude Oil) menjadi produk-produk BBM (Bahan Bakar Minyak), Non BBM dan Petrokimia.
Direktur Logistik dan Infrastruktur Pertamina, Mulyono, menyatakan saat ini kegiatan kilang dihentikan sementara (normal shutdown) untuk memadamkan area yang terbakar.
“Sambil menunggu pemadaman, mungkin 4-5 hari, mudah-mudahan bisa normal. Kira-kira kehilangan produksi yang tidak bisa disuplai dari kilang, 400 ribu barel,” katanya dalam keterangan pers secara virtual Senin, 29 Maret 2021.
Pasokan produksi yang hilang, akan diupayakan dipenuhi dari Kilang Cilacap dan TPPI Tuban. Produksi Cilacap bisa ditingkatkan sampai 300 ribu barel. Sementara TPPI bisa digenjot 500 ribu barel.
Produksi Cilacap akan dibawa Pertamina menggunakan kapal ke Tanjungpriuk. Sedangkan dari TPPI dikirim ke Terminal BBM Balongan. “Tidak usah panik karena stok banyak dan kilang tidak ada masalah, bisa cover kebutuhan dari kilang lain,” kata Mulyono.
Dipastikan stok BBM nasional aman, bahkan pasokan berlebih. Hingga kini pasokan BBM nasional sebanyak 10,5 juta barel, cukup untuk 27-28 hari ke depan dengan perkiraan kebutuhan nasional 62,5 ribu kilo liter per hari.
Solar juga tersedia 8,8 juta barel, cukup untuk pemenuhan kebutuhan sekitar 20 hari ke depan. Avtur sangat cukup, 3,2 juta barel untuk 74 hari konsumsi. Jadi tidak ada kelangkaan. Stok banyak. Masyarakat jangan panik.
Dalam pada itu Senior Vice Prrsident Corporate Communication & Investor Relations Partamina, Agus Supriyanto, mengaku belum bisa menghitung kerugian atas terbakarnya Kilang Balongan.
Proses penanganan penanggulangan kebakaran sedang dilakukan Tim Emergency Pertamina, dengan melokalisasi titik api, di sekeliling tangki T-301. Pemadaman juga dilakukan menggunakan foam ke parimeter bund wall dan pusat nyala api.