Oleh: A. Ristanto
Siapapun masyarakat Indonesia akan senang mendapat kunjungan seorang presiden. Peristiwa yang jarang terlihat dan menjadi viral menarik kita simak.
Presiden Joko Widodo, Jumat, 25 Juni 2021 meninjau langsung pelaksanaan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) skala mikro di wilayah Jakarta Pusat. “Saya hadir dadakan ke sini, ini di Kelurahan Rawasari, RW 01, Kecamatan Cempaka Putih. Jadi saya memang dadakan ke sini untuk memastikan PPKM mikro itu berjalan atau tidak berjalan. Tadi disampaikan oleh Bu RW dengan yakin berjalan, ya berjalan,” kata presiden di lokasi seusai peninjauan.
Gaya blusukan memang sudah dikenal sejak Jokowi menjabat Walikota Solo (2005-2012), kemudian Gubernur DKI Jakarta (2012-2014) sebelum akhirnya dipilih rakyat secara langsung lewat pemilihan umum, menjadi presiden sejak 2014. Langkah Jokowi menyambangi langsung rakyat, memang jarang dilakukan presiden-presiden sebelumnya.
Bahkan biasanya setiap acara kunjungan presiden dan rombongan selalu dipersiapkan matang. Semua aspek kenyamanan dan pengamanan dibahas serta dikoordinasikan antar instansi, baik pusat maupun daerah yang bakal dikunjungi. Standar operasional prosedur itu dilakukan demi sukses presiden beranjangsana.
Berbeda saat kunjungan ke Rawasari. Selain tanpa persiapan khusus, rupanya ada makna yang ingin Jokowi sampaikan. Selaku Kepala Pemerintahan ia menjelaskan, pelaksanaan PPKM mikro harus dilaksanakan secara efektif. Tidak hanya di tempat yang ditinjau, tetapi di semua wilayah terkecil di seluruh Indonesia. Untuk itu, ia meminta agar para kepala daerah dibantu unsur TNI dan Polri di daerah turut membantu pelaksanaan PPKM mikro di wilayah terkecil.
“Saya minta betul gubernur, bupati, wali kota di seluruh tanah air dari Sabang sampai Merauke, dibantu oleh Pangdam, Kapolda, di tingkat lebih bawah Danrem, Dandim, Kapolres menggerakkan Babinsa, Bhabinkamtibmas untuk mendampingi pemda, mendampingi kelurahan, mendampingi RW, dalam rangka pelaksanaan PPKM mikro,” pesan tegas presiden di wilayah Kelurahan Rawasari.
Presiden Jokowi juga sampaikan pesan lugas, bahwa yang diperlukan sekarang ini tindakan lapangan, pengawasan lapangan, kontrol lapangan, berjalan atau tidak berjalan. Percuma kita membuat sebuah kebijakan, policy, tetapi di bawah tidak berjalan.
Seharusnya pesan Jokowi dari Rawasari menjadi pedoman seluruh aparat yang mendapat mandat melindungi kehidupan rakyat.
Sayangnya masih ada pihak yang mengomentari kunjungan tersebut hanya cara Jokowi sedang membangun kembali citranya. Bahkan disebutkan, Jokowi sekaligus ingin menjatuhkan kredibilitas pejabat pemerintah provinsi DKI Jakarta, mulai gubernur sampai walikota. Sebab ketidakhadiran Anies Baswedan dan Walikota Jakarta Pusat mendampingi Presiden Jokowi di luar pakem kunjungan daerah. Hal ini pun kemudian dipolitisasi sebagai cara menjegal seorang kandidat presiden maju ke Pilpres 2024.
Anies Baswedan memang digadang-gadang calon potensial kandidat presiden. Kunjungan dadakan ke wilayah kekuasaan Anies, dianggap sebagai langkah Jokowi untuk mengarah jabatan presiden tiga periode.
Padahal lontaran isu Presiden Tiga Periode sudah tegas dibantah Jokowi. Intinya presiden 60 tahun ini tegak lurus kepada UUD 1945 yang mangamanatkan, bahwa masa jabatan presiden hanya dua periode. Presiden Jokowi pun tidak ingin melanggar konstitusi dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Mari kesampingkan saja komentar miring terhadap presiden Jokowi itu. Hemat kita jika seorang presiden selaku pemimpin pemerintahan tertinggi, ringan langkah turun ke bawah, seharusnya kita apresiasi. Semoga model blusukan Jokowi pun bukan halangan bagi aparat di bawah bertindak hal yang sama.
Saat Pandemi Covid 19 makin mengganas, pejabat menyapa langsung rakyat, bisa menciptakan perasaan gembira. Bukankah hati yang bahagia akan menambah imun. Kekebalan tubuh yang meningkat, akan mampu melawan dan menahan serangan wabah virus Covid varian baru, yang dipercaya lebih berbahaya. Salam sehat untuk kita!.