Wakil Ketua Umum I Pemuda Perindo, Benhauser Manik, meminta pemerintah menunda rencana uji coba pembelajaran tatap muka terbatas (PTM) di sekolah.
Dia berpendapat, saat ini seharusnya pemerintah lebih baik fokus meredakan lonjakan kasus, kemudian mencari solusi menyudahi pandemi ketimbang membuka peluang penularan Covid-19 terhadap anak-anak.
Apalagi mengingat berdasarkan catatan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), persentase anak-anak yang terinfeksi Covid-19 mencapai 12,5 persen. Ketiadaan ruang ICU pasien usia anak juga mengakibatkan banyak anak meninggal akibat Covid-19.
“Akibatnya, angka kematian anak karena Covid-19 di Indonesia menjadi yang tertinggi di dunia. Melihat dari data tersebut, saya meminta kepada pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Ristek, untuk menunda rencana sekolah tatap muka,” kata Benhauser Manik, 25 Juni 2021.
Menurut dia, membuka pembelajaran tatap muka terbatas ini sangat berisiko tinggi karena daya tahan tubuh anak tidak sekuat orang dewasa. Paling mengkhawatirkan apabila ada sekolah yang kendur menerapkan protokol kesehatan sehingga membuat siswa berkerumun, terutama sepulang dari kegiatan di sekolah.
“Sebaiknya ditunda selama beberapa bulan ke depan sambil melihat perkembangan kasus Covid-19 di Tanah Air. Karena, risiko terpaparnya anak dari Covid-19 masih sangat besar. Apalagi, anak-anak masih sulit menerapkan protokol kesehatan seperti orang dewasa,” kata pria yang aktif dalam banyak organisasi kepemudaan dan sosial ini.
Berdasarkan data dari Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 per 10 Juni 2021, tren kasus pada anak cukup tinggi dan menunjukkan peningkatan signifikan. Terdapat 64.690 kasus positif pada anak dengan rentang usia 7-12 tahun. Sebanyak 60.642 sembuh, sementara ada 120 kasus kematian.
Kemudian pada anak usia 16-18 tahun yang positif Covid-19, sebanyak 58.858 sedangkan yang sembuh 55.159 dengan jumlah kematian 130. Lalu 46.706 kasus untuk usia 13-15 tahun, dengan jumlah anak meninggal dunia 68 orang.
Sementara untuk total keseluruhan di Indonesia sendiri itu sudah mencapai 2,25 juta kasus, dengan total pasien sembuh sebanyak 1,92 juta orang dan meninggal dunia sebanyak 56,304 pasien.
“Padahal kita tahu saat ini sebagian besar anak masih melakukan sekolah jarak jauh dari rumah tetapi ternyata kasus pada anak juga cukup tinggi,” katanya.
Salah satu yang memicu munculnya lonjakan kasus Covid-19 yakni kian menyebarnya berbagai varian baru virus SARS-CoV-2 yang memiliki karakter lebih mudah menular, seperti varian Alpha, Beta, dan Delta.
“Ini menunjukkan angka kasus Covid-19 untuk anak usia sekolah sangat tinggi. Untuk kategori SD dan SMA ini termasuk kelompok yang terpapar kasusnya tinggi dan harus jadi perhatian bersama. Dari data ini dapat disimpulkan peta risiko penularan Covid di satuan pendidikan cukup besar,” kata Benhauser.