Wuryani Hadi mengaku kaget saat Selasa, 6 April 2021, sekitar pukul 10.00, puluhan orang dari media, Polisi, dan TNI bersenjata lengkap mendatangi kantornya di Ruko Tiban Point Blok A1 Nomor 7, 8, dan 9, Sekupang, Batam.
Wanita 75 tahun itu mengatakan, kedatangan para aparat tersebut bak sedang melakukan penggerebekan di tempat terduga teroris.
Ia juga heran ketika ada yang mengatakan bahwa PT Hadi Jaya miliknya melakukan penyekapan terhadap calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ilegal.
Padahal ia tidak pernah menyekap siapa pun dan perusahaan miliknya tidak pernah sama sekali menyalurkan tenaga kerja ke luar negeri. PT Hadi Jaya miliknya hanya mempekerjakan orang di dalam negeri.
“Saya bangun ini untuk memudahkan orang cari kerja, saya senang tolong orang biar bisa kerja,” kata Wuryani Hadi, Direktur PT Hadi Jaya kepada HMS saat ditemui di kantornya.
Selain itu, perusahaan miliknya juga sudah beroperasi kurang lebih 36 tahun, sejak tahun 1984 dan juga telah mengantongi izin dari kementerian.
Menurutnya, kejadian tersebut bermula saat 2 orang wanita asal Pemalang, Jawa Tengah, yakni Amelia dan Purwaningsih datang ke kantor PT Hadi Jaya yang berada di Depok, Jawa Barat, akhir Maret 2021 lalu.
“Mereka minta dicarikan kerja dan dikirimlah ke sini [Batam],” katanya.
Namun, kedua gadis tersebut, tidak memiliki biaya untuk berangkat ke Batam dan pihak perusahaan akhirnya menanggung biaya keberangkatan mereka. “Tanggal 31 Maret 2021, kita belikan tiket pesawat Rp1.2 juta, ongkos kendaraan ke bandara Rp250 ribu, biaya rapid antigen Rp250 ribu dan uang saku Rp250 ribu. Jadi total Rp1.950.000,” kataya.
Kemudian, pada tanggal 1 Apri 2021, kedua wanita tersebut sampai di Batam. Beberapa hari di Batam, Amelia minta dicarikan pekerjaan. “Lalu saya masukkan ke toko optik (toko penjual kacamata),” katanya.
Namun, belum penuh sehari bekerja, Amelia sudah meminta pulang dengan alasan sedang sakit. “Belum sehari semalam, dia sudah izin pulang sakit. Padahal tidak sedang sakit,” katanya.
Lalu Amelia pun dijemput oleh pihak perusahaan, saat itu temannya Purwaningsih yang akan berangkat kerja tidak jadi bekerja karena harus menjaga Amelia.
Kemudia saat Amelia diminta bekerja kembali ia enggan. Pihak perusahaan kemudian meminta biaya yang telah dikeluarkan untuk kedatangan mereka ke Batam. “Saya minta bayar dia tidak mau. Padahal saya tidak minta tambah biaya apapun, di sini makan gratis, tempat tinggal gratis, hanya biaya itu tadi,” katanya.
Setelah enggan untuk membayar, Amelia malah minta pulang dan malam sekitar pukul 1.00 sebelum kejadian datangnya aparat TNI dan Polisi pada Selasa, 6 April 2021, pagi, seorang lebih dulu datang menggedor dengan keras pintu ruko perusahaannya. “Tidak dibukakan sama anak buah saya, semua pada takut nangis,” katanya.
Lalu pagi harinya, Wuryani Hadi memanggil kedua wanita tersebut, menanyakan tentang siapa yang mendatangi rukonya tadi malam dan berencana mengambil dua wanita tersebut. Ia berencana untuk menelepon pria yang datang tersebut, tapi Amelia malah menjawab wanita paruh baya tersebut dengan nada tinggi. “Ibu enggak usah tanya-tanya, ini orangnya sudah di jalan,” katanya menirukan ucapan Amelia.
30 menit berselang, sekita pukul 10.00 tiba-tiba puluhan orang datang dari media, TNI, dan Polisi ke tempatnya. Pada pukul 11.00 siang ia pun dibawa ke Polersta Barelang bersama dengan anak buahnya yang berjumlah 39 orang. “9 laki-laki dan 30 orang perempuan, pakai bus. Setelah di BAP jam 4 saya keluar,” katanya.
Ia mengatakan, tidak pernah menyekap siapa pun atau melarang mereka bepergian. “Cuma saya atur, misal mau ke depan beli sesuatu, saya izinin satu yang lain nitip. Misal ada yang pesan online, orangnya enggak boleh masuk, ambil saja dibawah,” katanya.
Langkah itu ia lakukan hanya untuk menghindari ada karyawannya yang terpapar covid-19. “Sebelum covid kita izinkan kok,” katanya.