Asteroid seukuran bus akan mendekati Bumi pada Kamis, 7 Juli dengan jarak sekitar 90 ribu kilometer. Jarak itu kurang lebih 23 persen dari jarak Bumi ke Bulan.
Mengutip Live Science, asteroid tersebut diberi nama 2022 NF. Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) lewat Jet Propulsion Laboratory mengkalkulasi asteroid itu akan melintas tanpa membahayakan Bumi.
Para astronom menemukan asteroid itu dengan menggunakan data dari Teleskop Panoramic Survey dan Rapid Response System (Pan-STARRS) yang berbasis di Hawaii. Teleskop tersebut biasanya bekerja untuk memantau obyek yang mendekati Bumi atau NEO (Near Earth Objects).
Asteroid tersebut pertama kali ditemukan pada Senin, 4 Juli dengan lebar dan panjang kira-kira mencapai 5,5 meter dan 12,5 meter. Ukuran tersebut menurut perhitungan NASA tidak membahayakan.
Meskipun melintas pada Kamis, 7 Juli 2022 ini, asteroid tersebut sudah bisa terlihat sejak Rabu, 6 Juli kemarin. Tayangan live streaming asteroid tersebut pun bisa disaksikan mulai pukul 07.00 WIB.
Melansir Space.com, asteroid biasa mengitari Matahari setiap enam tahun. NASA dan para rekanannya secara reguler terus memantau angkasa menilai asteroid ini mayoritas tidak berbahaya.
Namun demikian, NASA juga tetap terus mencari dan meriset teknologi yang bisa mempertahankan Bumi dari asteroid.
Asteroid Apophis
Di sisi lain, Ilmuwan dari mancanegara sukses menemukan target asteroid Apophis yang diprediksi mengancam Bumi pada 2029. Jika pun terjadi tumbukan, asteroid itu diperkirakan tak memusnahkan semua kehidupan di planet ini.
Temuan itu terjadi pada saat uji coba sistem pertahanan Bumi dari asteroid berbahaya yang bisa meluncur bebas dan menyebabkan kehancuran global. Para ilmuwan pun menguji kesiapan operasional sistem pertahanannya dengan menggunakan asteroid yang berpotensi berbahaya sebagai target.
Lebih dari 100 peserta yang berasal dari 18 negara ambil bagian dalam latihan uji coba sistem pertahanan tersebut. Termasuk di dalamnya ilmuwan di misi NASA NEOWISE (Near-Earth Object Wide-field Infrared Survey Explorer)
Asteroid Apophis sempat memicu kegemparan ketika pertama kali ditemukan pada 2004. Saat itu, ilmuwan tak cukup banyak memiliki informasi soal orbit asteroid itu.
Yayasan B612, organisasi nirlaba yang mendukung penelitian pemetaan dan navigasi tata surya, mempublikasikan potensi bahaya yang ditimbulkan oleh Apophis meski kemungkinan tidak dalam waktu dekat.
Berdasarkan pengukuran NEOWISE pula, para ilmuwan di Pusat Penelitian Ames NASA, California, bisa memperkirakan energi yang akan dilepaskan jika Apophis bertabrakan dengan Bumi.
Bahwa, tumbukan itu akan memiliki 8,5 x 10 pangkat 19 joule energi, atau setara dengan 20 juta kiloton peledak TNT dan 10 ribu kali lebih kuat daripada ledakan meteor Chelyabinsk di Rusia pada 2013.
Sumber berita: CNBC Indonesia