JAKARTA — Mempercepat pembangunan ekosistem komponen elektronik, industri semikonduktor nasional memerlukan penanaman modal sekitar US$758 juta atau setara Rp11,84 triliun.
Plt. Direktur Jenderal Industri Kimia Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Ignatius Warsito mengatakan, investasi tersebut diperlukan untuk tiga kebutuhan.
“Pengembangannya mulai dari sisi hulu, imtermediate, sampai dengan hilir,” ujar Warsito di Jakarta, Kamis (8/12/2022).
Dirincikan, untuk investasi industri hulu intermediate MG-Si dengan kapasitas 32.000 metrik ton/tahun senilai US$300 juta, untuk industri polysilicon dengan kapasitas 6.500 metrik ton/tahun US$373 juta, dan untuk industri ingot monocry monocrystalline dan wafer silicon membutuhkan investasi senilai US$85 juta.
“Kami terus berupaya menguasai industri strategis dari hulu, intermediate, hingga hilir, termasuk dalam pengembangan industri semikonduktor. Langkah ini perlu diikuti kebijakan strategis yang menunjang iklim usaha yang kondusif,” terangnya.
Ia menjelaskan, industri semikonduktor menghasilkan komponen vital dari tren besar teknologi seperti remote working, artificial intelligence (AI), serta electric vehicle (EV). “Semikonduktor diproduksi sebagai komponen peralatan listrik atau elektronik seperti dioda, integrated circuit (IC), dan transistor,” sebut Warsito.
Country Manager Indonesia STMicroelectronics, Slamet Wahyudi menambahkan, bahan baku utama semikonduktor dunia diproduksi oleh Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC) sebanyak 56 persen. Disusul Samsung dengan porsi sebanyak 16 persen, UMC 7 persen, Global Foundry 6 persen, SMIC 4 persen, dan perusahan-perusahaan lainnya sebanyak 12 persen.(*)
sumber : bisnis.com