BATAM – Ketua Bidang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Himpunan Kawasan Industri (HKI) Indonesia Tjaw Hioeng menilai, Batam masih dapat mengambil celah dari ancaman resesi global tahun 2023 mendatang.
Salah satunya adalah dengan memanfaatkan tensi perang dagang serta perang teknologi antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok yang belum juga mereda.
“Ancaman resesi memang bikin khawatir. Tapi masih ada peluang-peluang yang dapat kita (Batam) optimalkan,” ujar Tjaw, Senin (17/10/2022).
Perang dagang serta perang teknologi antara AS dan Tiongkok memang masih belum mereda. Terbaru, AS membatasi ekspor dan impor semikonduktor untuk kebutuhan industri teknologi informasi di negeri tirai bambu tersebut
AS juga berencana membatasi ekspor mesin atau teknologi pembuatan chip untuk menghambat perkembangan industri IT di Tiongkok.
Menurut Tjaw, kondisi tersebut akan mendorong sejumlah perusahaan IT yang berbasis di Tiongkok akan mencari tempat relokasi.
“Batam harus memanfaatkan peluang itu,” ujarnya.
Namun tentu saja kawasan pesaing Batam juga akan melihat celah tersebut. Terutama Vietnam dan Malaysia, yang juga mengincar peluang relokasi industri dari Tiongkok.
Karena itu, pemerintah harus tetap memastikan Batam selalu kompetitif. Baik itu dari proses perizinan, insentif fiskal dan non fiskal, serta fasilitas lainnya.
Menurut Tjaw, Batam harus lebih dinamis dalam menentukan insentif serta fasiltias fiskal dan non fiskal kepada investor. Karena, kawasan pesaing pasti akan meniru keunggulan Batam saat ini.
“Kalau perlu mereka tambah agar lebih kompetitif. Kami meminta pemerintah lebih dinamis. Aturan-aturan itu harus dicermati oleh pengambil kebijakan. Batam harus lebih seksi daripada negara-negara pesaingnya,” paparnya. ‘
Saat ini sudah ada beberapa perusahaan yang berbasis di Tiongkok masuk ke Batam. Rata-rata adalah perusahaan yang mengincar pasar AS. Hal ini tercermin dari tingginya impor bahan baku dari Tiongkok, dan meningkatnya ekspor Batam ke US.
Menurut data Tjaw, beberapa perusahaan Tiongkok lainnya juga sedang menilik peluang untuk membuka plan di Batam. Namun, menurutnya butuh waktu untuk sampai ke tahapan realisasi.
Sementara itu, Ketua Apindo Batam Rafki Rasyid mengatakan, Batam telah melakukan sejumlah upaya untuk menambah potensi pasar ekspornya. Salah satunya adalah mengoptimalkan peran industri semikonduktor, yang mampu mendorong peningkatan ekspor komponen chip ketika krisis chip global terjadi.
Selain itu berkembangnya industri digital di Batam dipercaya akan mendorong intangible product, seperti software ataupun aplikasi digital menjadi ekspor andalan di masa mendatang.
Apindo juga berharap Batam bisa menggaet produsen mobil listrik untuk memenuhi kebutuhan di masa mendatang. Basis produski mobil listrik di Batam dipercaya akan mampu mendukung upaya pemerintah untuk mulai mendorong penggunaan mobil listrik di Indonesia.
“Saat ini sudah ada beberapa investor yang masuk mengembangkan industri energi baru dan terbarukan. Ini akan lebih lengkap jika Batam bisa menghadirkan pabrik mobil listrik,” paparnya.(*