BATAM – Rumah Sakit Khusus Infeksi (RSKI) Galang, Batam berhenti beroperasi pada akhir 2022 ini. Hal tersebut secara resmi di tutup Komandan Resor Militer (Danrem) 033/Wira Pratama sekaligus Komandan Satuan Tugas (Dansatgas) Penanganan Covid-19 Pulau Galang, Batam, Brigjen TNI Yudi Yulistyanto, dengan melepas 139 tenaga medis dan non medis (relawan) RSKI, di lapangan futsal RSKI, Rabu (21/12/2022).
“Saya ucapkan ribuan terima kasih atas pengorbanan dan perjuangan yang diberikan selama 1,5 tahun ini, sebagai pejuang kemanusiaan di RSKI,” tutur Yudi membuka sambutan.
Ia menyebutkan, terkait penutupan RSKI Pulau Galang sudah dikeluarkan surat penutupan RSKI dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sejak November silam mengingat sudah tidak adanya pasien covid-19 di RSKI Galang.
“Perintahnya penutupan ini pada 25 November tapi saya terima tanggal 18 Desember 2022, dan saya sampaikan tiga hari untuk konsolidasi kepada mereka (relawan),” terang Yudi.
Dengan lirih, ia pun tak menampik akan permasalahan hak para relawan yang masih menggantung hingga saat ini. “Saya mengerti keresahan kalian dan saya berjanji akan memperjuangkannya karena saya Dansatgas dan kalian tanggung jawab saya,” ungkapnya.
Dijelaskan, bahwa pihaknya belum menerima transferan dari pemerintah pusat untuk pembayaran uang makan relawan yang menunggak sejak April 2022 tersebut. “Uang itu belum turun, ini sumpah saya. Tapi TNI dan BNPB sudah sampaikan bahwa mereka berkomitmen untuk membayar sampai hari ini,” tegas Yudi.
Ia juga menjamin, bahwa ULP tersebut akan sampai sesuai besaran yang telah ditentukan dari BNPB. Yudi sendiri akan menyampaikan langsung permasalahan tunggakan uang makan para relawan RSKI Galang ini kepada pemerintah pusat. “Besok saya akan berjumpa mereka-mereka yang bertanggung jawab di sini (RSKI) dan akan saya sampaikan,” bebernya.
Memilih Bertahan
Meski secara resmi RSKI Galang di tutup, namun ke 139 relawan memilih bertahan hingga insentif uang makan mereka dicairkan. Hal itu dilakukan mengingat para relawan sebagian besar berasal dari luar Batam.
“Kami memilih bertahan di sini sampai insentif itu kami terima sepenuhnya, biar semua selesai di sini (Batam). Karena kalau sudah pulang ke daerah masing-masing, pasti akan sulit untuk memperjuangkannya,” kata perwakilan dari seluruh relawan RSKI, Alhamzah.
Ia kembali merincikan, bahwa insentif uang makan yang diterima tiap bulannya berkisar Rp2,5 juta hingga Rp3 juta per relawan. “Jika dikalkulasikan sejak April hingga Desember ini, maka bisa mencapai Rp 20 jutaan per orang. Itu sangat berarti bagi kami, makanya tetap kami perjuangkan bersama, meskipun sudah rindu kampung halaman,” paparnya.
Mengenai nasib relawan pasca RSKI Galang di tutup dan jika insentif uang makan dicairkan, maka mereka akan kembali ke institusi asal. Seperti Alhamzah yang mengaku akan kembali ke Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Nusantara Sehat.
Namun, relawan di RSKI Galang tidak semuanya berasal dari instansi TNI atau Kemenkes RI. “Alhasil, ketika RSKI Galang tutup maka ada yang terpaksa harus menganggur,” ucap Alhamzah mengakhiri. (Dwi Septiani)