Perayaan Hari Raya Nyepi di Bali selalu identik dengan pawai ogoh-ogoh.
Pawai ogoh-ogoh digelar pada malam pengerupukan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1944 di Buleleng, Provinsi Bali, Rabu, 2 Maret 2022.
Dikutip dari Kompas.com, Senin, 28 Februari 2022, Kapolres Buleleng AKBP Andrian Pramudianto mengatakan, pihaknya telah melakukan pendataan terhadap lokasi yang akan digelar pawai ogoh-ogoh.
Laporan sementara yang diterima, sudah ada sekitar 191 lokasi yang akan menggelar ogoh-ogoh.
Perinciannya, di wilayah Kecamatan Tejakula ada 10 titik, Kubutambahan 21 titik, Sawan 19 titik, Buleleng 16 titik, Sukasada 13 titik, Banjar 35 titik, Seririt 33 titik, Busungbiu 33 titik, dan Gerokgak sebanyak 11 titik.
Lalu, apa itu ogoh-ogoh?
Diawali dengan upacara Ngerupuk
Dilansir dari Kompas.com, Rabu, 5 Januari 2022, upacara Ngerupuk atau pengerupukan dilakukan tepat sehari sebelum Nyepi.
Dalam upacara tersebut, masyarakat wajib melakukan persembahan kepada Bhuta Kala, yang bertujuan mengusir Bhuta Kala agar tidak mengganggu kehidupan manusia saat sedang melakukan brata penyepian.
Ritual dimulai dengan mengobori rumah, menyemburi rumah dan pekarangan dengan mesiu, serta memukul benda hingga menimbulkan suara gaduh.
Setelah ritual ini selesai, di Bali biasanya ada pawai ogoh-ogoh yang diarak bersama obor mengelilingi kawasan tinggal warga.
Apa itu ogoh-ogoh
Dihimpun dari berbagai sumber, ogoh-ogoh merupakan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat dengan suatu bentuk perwujudan roh jahat pada patung atau boneka yang besar.
Ogoh-ogoh dapat dilihat pada suatu acara tertentu, misalnya saat perayaan tahun baru Saka, upacara bersih desa, dan lain sebagainya.
Umat Hindu yang mampu atau mempunyai dana yang mencukupi dianjurkan untuk membuat acara pawai ogoh-ogoh sebagai serangkaian acara Nyepi.
Pawai ogoh-ogoh
Malam sebelum menjelang Hari Raya Nyepi adalah malam paling meriah di Bali. Masyarakat membuat kegaduhan untuk mengusir roh-roh jahat.
Dalam malam tersebut terdapat upacara Ngerupuk yang semakin semarak karena adanya pawai ogoh-ogoh (semacam ondel-ondel di kalangan masyarakat Betawi).
Ketika anak-anak sibuk mengusir roh jahat, para pemuda justru berkumpul di balai banjar.
Mereka menggunakan kaus oblong hitam seragam dan siap untuk mengarak ogoh-ogoh keliling desa dan kota.
Sumber: KOMPAS.com