Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian), Airlangga Hartarto mengungkapkan Presiden Jokowi telah menyampaikan mengenai situasi perekonomian di Indonesia terkini kepada delegasi Dana Moneter Internasional (IMF).
Dikatakan, ekonomi Indonesia relatif sedang baik di mana inflasi sekitar 4,2 persen dan pertumbuhan 5,01 persen. Namun masih ada defisit masih sekitar 4 persen dan current account 0,5 persen dan balance of trade Indonesia dalam posisi yang positif selama 26 bulan. Selain itu, Indonesia juga punya foreign reserve sebesar USD135 miliar.
Situasi ekonomi nasional kita tersebut dikemukakan Presiden Joko Widodo saat menerima delegasi Dana Moneter Internasional (IMF) di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Minggu, 17 Juli 2022. Delegasi yang hadir di antaranya Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva, Direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF Krishna Srinivasan, dan Representatif Senior IMF untuk Indonesia James Walsh.
Airlangga yang mendampingi presiden pada pertemuan tersebut lebih lanjut menjelaskan, dengan situasi perekonomian saat ini, potensi Indonesia mengalami resesi lebih kecil, jika dibandingkan negara lain, yaitu sekitar tiga persen.
Ancaman Krisis Global
Meski demikian, pemerintah berharap IMF akan terus mendukung dan memberikan narasi positif terhadap perekonomian Indonesia terutama dalam menghadapi krisis global.
“Kita sangat mengkhawatirkan dengan kondisi inflasi yang naik di berbagai negara. Tingkat suku bunga akan masuk rezim baru, yaitu kenaikan tingkat suku bunga global dan tentu sangat mempengaruhi terhadap investasi yang sangat dibutuhkan oleh Indonesia,” kata Menko Perekonomian, seperti dilansir cnbcindonesia com.
Terkait hal tersebut Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani yang juga ikut mendampingi presiden menyebut, bahwa dalam pertemuan dengan delegasi IMF juga dibahas sejumlah tantangan dan ancaman global, termasuk perang yang menyebabkan harga komoditas seperti pangan dan energi menjadi naik. Kenaikan harga di dua komoditas tersebut yang kemudian memacu inflasi di berbagai negara.
“Kenaikan harga komoditas seperti pangan dan energi dan ini menyebabkan inflasi di banyak negara meningkat secara tinggi, sehingga ini menjadi ancaman yang sangat nyata bagi banyak-banyak negara yang sekarang menghadapi krisis pangan dan krisis energi,” katanya.