JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah, pada pembukaan perdagangan Selasa (20/12/2022). Berdasarkan data Bloomberg, mata uang rupiah terpantau melemah 0,03 persen ke posisi Rp 15.601 dihadapan dolar AS. Sementara indeks dolar menguat 0,04 persen.
Sejumlah mata uang asing di Asia Pasifik juga dibuka bervariasi, diantaranya Yen Jepang melemah 0,27 persen, Won Korea menguat 0,08 persen dan Rupee India menguat 0,20 persen. Kemudian Yuan Tiongkok terpantau melemah 0,06 persen, Bath Thailand melemah 0,42 persen, dan Ringgit Malaysia melemah 0,19 persen.
Analis DCFX Futures Lukman Leong memprediksi, pergerakan rupiah tertekan oleh penguatan dolar AS dan naiknya imbal hasil obligasi AS. “Sentimen risk-off di pasar oleh kekhawatiran perlambatan ekonomi, juga menekan rupiah,” ujar Lukman yang dikutip dari CNNIndonesia.com.
Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam riset hariannya juga sempat memproyeksikan rupiah di buka fluktuatif, tetapi di tutup menguat terbatas pada rentang Rp 15.580 sampai Rp 15.640. Ibrahim mengatakan jika pada perdagangan sebelumnya, rupiah tertekan oleh kondisi covid-19.
“Negara baru-baru ini mengurangi kebijakan nol-COVID yang ketat. Negara itu juga menghadapi peningkatan tajam infeksi, yang dikhawatirkan pasar dapat menunda pembukaan kembali secara penuh,” terang Ibrahim dikutip dalam riset harian, Selasa (20/12/2022).
Ia menambahkan, dari sisi dalam negeri, kembalinya aktivitas pasca pandemi covid-19 disebut telah mempercepat pertumbuhan perekonomian Indonesia. Kondisi tersebut turut mendorong kegiatan perekonomian domestik dan ekspor komoditas.
“Meskipun demikian, lajunya akan lebih lambat, karena harga komoditas global diperkirakan akan menurun ke depan di tengah meningkatnya ketidakpastian. Sehingga diproyeksikan bahwa ekonomi Indonesia akan menghadapi tantangan ketidakpastian global,” paparnya.
Ditengah adanya ketidakpastian perekonomian global, dan krisis dari berbagai sektor akibat situasi geopolitik, Indonesia masih tumbuh 5,72 persen dengan inflasi berada di angka 5,4 persen pada kuartal III/2022.
Menurut Ibrahim, hal terpenting bagi Indonesia adalah menjaga daya beli masyarakat, membuka lapangan kerja seluas-luasnya, dan UMKM masih bergerak cepat. UMKM dinilai menjadi kunci yang harus dijaga karena dinilai sebagai motor penggerak pertumbuhan perekonomian Indonesia. (*)