Peralihan aktivitas dari offline dan online makin meluas, termasuk transaksi yang dulunya sering menggunakan ATM kini lebih banyak terjadi secara online.
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengatakan transaksi ekonomi serta keuangan digital berkembang sangat pesat. Perkembangan itu terjadi saat penerimaan dan preferensi masyarakat juga meningkat.
“[Terutama] dalam berbelanja daring, perluasan dan kemudahan sistem pembayaran digital serta akselerasi digital banking,” kata Perry dalam konferensi pers, beberapa waktu lalu.
Transaksi elektronik juga mengalami peningkatan. Misalnya saja laporan BI per Januari 2022 lalu, yakni ada pertumbuhan 66,65% per tahunnya atau Rp34,6 triliun.
Hal yang sama juga terjadi pada transaksi digital banking. Peningkatannya mencapai 68,3% per tahunnya, menjadi Rp4.314,3 triliun.
Sebenarnya nilai transaksi dengan ATM, kartu debet serta kredit masih tumbuh. Namun, angka pertumbuhannyanya tidak sebesar transaksi digital, jumlahnya 14,39% menjadi Rp711,2 triliun.
Transaksi dengan penggunaan QRIS juga terus bertumbuh, yakni nominalnya 290% yoy dan 326% untuk volume. “Bank Indonesia terus mendorong inovasi sistem pembayaran serta menjaga kelancaran dan keandalan sistem pembayaran,” kata Perry.
Sementara itu Ketua Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) Kartika Wirjoatmodjo mengatakan ancaman besar ATM adalah transaksi pembayaran digital yang meningkat. Ini terjadi selama enam tahun terakhir di Indonesia.
“Tantangan bank sekarang adalah bagaimana memensiunkan model lama contohnya ATM. Bagaimana dengan masa depan ATM, apakah masih relevan? akankah dihapus ketika tidak ada lagi transaksi transaksi tunai area publik?” kata Kartika dalam ‘side event’ G20 Indonesia “Casual Talks on Digital Payment Innovation”.
Penggunaan pembayaran digital yang pesat juga harus memperhatikan bisnis acquiring perbankan. Sebab hampir seluruh bank punya bisnis itu dengan menggunakan POS (Point of Sales) dan EDC (Electronic Data Capture).
Lalu, apakah ini menjadi keunggulan kompetitif atau jadi komoditas. Kartika mengatakan saat ini yang paling diuntungkan dari perubahan adalah konsumen.
Sebab menurutnya lima tahun lalu ada tiga jenis pembayaran yakni transfer, kartu debet atau kredit. Namun sekarang dengan dompet digital, aplikasi digital, dan lainnya.
“Jadi bagi pengguna bisa memilih mana yang paling murah dan paling mudah digunakan dalam bertransaksi. Segmen yang berbeda memiliki preferensi berbeda,” katanya.
Sumber: CNBCINDONESIA