BATAM- Buntut kesepakatan kerjasama antara PT Bandara Internasional Batam (BIB) dan Grab Indonesia untuk melayani penumpang taksi online di Bandara Hang Nadim Batam dengan sistem blok area pada Kamis, 6 Juli 2023 lalu menimbulkan keluhan dari para mitra Grab yang tak terdaftar di bandara.
Adapun buntut dari kesepakatan tersebut yakni pengemudi Grab yang tak terdaftar di bandara atau layanan GrabCar Airport mematikan aplikasi massal atau Offbid selama tiga hari.
“Hari ini sampai Rabu (12 Juli) kami pengemudi roda dua maupun roda empat Offbid massal,” kata ketua Solidaritas Online Batam (SOB), Feryandi Tarigan, Senin, 10 Juli 2023.
Menurutnya, sistem bloking area ini hanya menguntungkan driver lama Grab yang hanya 30 orang saja. Feryandi juga mempertanyakan terkait jumlah kuota sebanyak 90 pengemudi GrabCar Airport yang diberikan oleh PT BIB. Di mana dari jumlah tersebut hanya 30 saja dari pihak Grab, sementara sisanya merupakan pengemudi dari taksi konvensional.
“Kurang tepat kalau saya bilang, kalau bisa semua menikmati. Tidak ada keuntungan kepada driver online yang berjuang ketika di Kota Batam ini ada 32 red zone dan sekarang tinggal 2. Kami merasa ditinggalkan Grab,” kata dia.
Tak hanya itu, menurutnya perbedaan ongkos antara layanan Grab Bandara dan Grab di luar bandara juga menjadi masalah yang ia anggap perlu untuk diselaraskan.
“Kami minta berbanding lurus. Kalau sekarang Grab Bandara antar dari Bandara ke Nagoya Rp130 ribu, maunya kami juga sama. Ketika kami antar penumpang ke Bandara dari Nagoya ya Rp130 ribu juga. Kalau sekarang kan kami hanya Rp70 ribu saja,” kata Feryandi.
Ia meminta kepada pihak aplikator Grab Indonesia agar memberhentikan sementara penerapan sistem bloking area tersebut sebelum menerima tuntutan mereka.
“Kami takut nanti lock area ini merambat ke semua. Mulai dari bandara, pelabuhan. Kalau nanti semua pelabuhan lock area kami dapat apa,” kata dia.
Menanggapi polemik ini, Direktur Utama PT BIB Pikri Ilham Kurniansyah mengatakan hal tersebut merupakan masalah internal Grab sendiri.
Terkait kuota pengemudi Grab di bandara, Pikri menyebutkan bahwa itu hanya soal kapasitas Bandara saja. Karena saat ini bandara hanya membutuhkan 300 taksi saja.
“Kita tambah 30 dari luar itu soal kapasitas saja. Kebutuhan saat ini baru 300 taksi, kalau semua masuk nanti dapat sekali nambang saja. Enggak makan semua orang, jadi sesuai kebutuhan aja,” kata Pikri.
Sementara itu, Director of Government Affairs & Strategic Collaborations Grab Indonesia, Uun Ainurrofiq mengatakan, bahwa pihaknya menyediakan wadah bagi para mitra Grab untuk menyampaikan pendapat dan masukan melalui berbagai saluran komunikasi yang ada, termasuk diskusi langsung dengan komunitas Mitra Pengemudi.
Ia menjelaskan, dengan hadirnya layanan GrabCar Airport di Bandara Hang Nadim Batam diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat khususnya pengguna transportasi darat di bandara.
“Kolaborasi Grab dengan pengemudi taksi konvensional di bandara Hang Nadim oleh PT BIB kami harap dapat turut berkontribusi dalam upaya peningkatan layanan transportasi di lingkungan bandara,” kata Uun. (Irvan Fanani, Reporter HMS)