JAKARTA – Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto menyatakan, partainya dengan Partai Demokrat sepakat bahwa konsep Pemilihan Umum (Pemilu) bukan the winner takes it all, atau yang menang mengambil segalanya.
“Ke depan, Partai Golkar dan Demokrat sepakat bahwa Pemilu itu bukan the winner takes it all, tapi kami ingin Indonesia Raya,” kata Airlangga usai pertemuan pimpinan Partai Demokrat dan Partai Golkar di Puri Cikeas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (29/4/2023) malam.
Menurut Airlangga, konsep the winner take it all merupakan budaya kebaratan yang diterapkan oleh Amerika Serikat dan tidak sesuai Pancasila.
“Kita bukan seperti di Amerika, demokrasi yang ke barat-baratan itu demokrasi yang the winner take it all, sedangkan kita Demokrasi Pancasila. Jadi siapa pun yang menang, mari kita bersama-sama membangun negeri,” ujarnya seperti dikutip dari beritakosgoro57.id, Senin (1/5/2023).
Airlangga mengaku, ingin terwujudnya ‘pesta politik’ yang bahagia di Indonesia, dengan tidak saling memecah-belah satu sama lain.
“Karena yang paling kita khawatirkan kalau bangsa ini terbelah dengan politik identitas. Kalau di ekonomi ada istilah namanya scare, ada luka yang mendalam. Demikian juga politik, ada luka yang mendalam dan tidak dalam waktu dekat sembuh, nah ini yang ingin kita tinggalkan,” tegasnya.
Ia mengingatkan, Golkar dengan Partai Demokrat sepakat bahwa sebelum dan setelah Pemilu, tetap bersama membangun negeri.
Eksploitasi Politik Identitas
Sedangkan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyampaikan, sepakat dengan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto untuk tidak ada eksploitasi politik identitas di Pemilu 2024.
“Tadi Pak Airlangga betul sekali mengingatkan kepada kita semua, jangan sampai Pemilu 2024 ini seperti ada pembelahan atau benturan keras antara anak bangsa sendiri,” ucap AHY.
Ia menyebutkan bahwa dalam pertemuan tersebut, Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pun menyampaikan keprihatinannya atas benturan antar-ideologi yang pernah terjadi di Indonesia.
“Bukan hanya tidak sehat, tapi juga berbahaya, dan banyak korban ya. Bukan hanya korban politik, tapi juga korban jiwa, jangan sampai terjadi lagi dalam sejarah politik bangsa kita,” lanjutnya.
Partai Demokrat, kata AHY, akan menentang keras berbagai gerakan radikal yang berpotensi menghancurkan persatuan di Indonesia.
“Kami akan menentang keras apakah radikal kanan, radikal kiri, apapun yang ingin menghancurkan persatuan di negara kita. Saya pikir kita sepakat di situ, dan yang secara sadar mencintai negara kita akan menjawab hal yang sama,” tegas AHY.
Permintaan Airlangga
Sebelum menyelenggarakan konferensi pers, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto melakukan silaturahim dengan Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Puri Cikeas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (29/4/2023) petang, yang dimulai pukul 19.00 WIB.
Kepala Badan Komunikasi Strategis/Koordinator Juru Bicara Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra mengungkapkan, silaturahmi ini dilakukan atas permintaan Airlangga Hartarto.
“Mengingat sebelum ini, Bapak SBY sering bepergian dan berada di Pacitan, mempersiapkan pembukaan Museum SBY-Ani. Pertemuan ini baru bisa dilaksanakan malam ini, apalagi momennya masih suasana Lebaran,” jelas Herzaky.
Pimpinan kedua partai politik yang tampak hadir dari Golkar selain Airlangga, ada Sekretaris Jenderal Lodewijk F Paulus, Bendahara Umum Dito Ganinduto, Wakil Ketua Umum Firman Soebagyo, Ketua DPP Airin Rachmi Diany, dan Ketua DPP Ilham Permana.
Sedangksn dari Demokrat, AHY didampingi Sekretaris Jenderal Teuku Riefky, Wakil Ketua Umum Edhie Baskoro Yudhoyono, dan Sekretaris Majelis Tinggi Andi Mallarangeng. (*)