JAKARTA – Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa menunjukkan kelesuan permintaan terhadap produk mebel, seiring inflasi tinggi akibat perang Rusia-Ukraina.
Di mana, kawasan tersebut merupakan pasar ekspor terbesar untuk produk mebel, terkhusus menyerap 51 persen produk mebel asal Indonesia.
Ketua Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur mengungkapkan, hingga kuartal terakhir 2022 diperkirakan industri mebel tanah air terkontraksi hingga 3,4 persen. Terhadap kondisi itu para pengusaha mebel di Indonesia terpaksa membuka pasar baru ke pasar berkembang (emerging market) di beberapa kawasan.
“Kemungkinan kami akan masuk ke emerging market seperti India, kemudian Timur Tengah, dan Afrika,” kata Abdul Sobur melalui Bisnis, yang dikutip Kamis (12/01/2023).
Ia berharap, upaya ini bisa menjadi jalan untuk menutupi kekurangan pendapatan akibat menurunnya permintaan dari Amerika Serikat, ataupun sejumlah negara di Eropa tersebut.
“Siapa tahu dengan menurunnya pangsa pasar ke Amerika sama Eropa itu, bisa diatasi dengan pasar yang emerging market,” harap Abdul.
Di sisi lain, menurutnya, walau kinerja industri mebel mengalami penurunan, realisasi investasi sektor tersebut dianggap masih potensial. (*)