BATAM – Pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan Internasional Batam (KIB) kian dimatangkan Badan Pengusahaan (BP) Batam.
Mulai dari rapat koordinasi dalam percepatan perizinan berusaha, hingga rapat bersama Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Wilayah Kepri, yang dilakukan beberapa waktu lalu.
Ketua Persi Wilayah Kepri Sahat H Siahaan mengatakan, pihaknya sangat setuju dengan adanya pembentukan KEK KIB ini. Sebab, jika rencana KEK Kesehatan ini berlanjut, akan ada rumah sakit yang punya kemampuan lebih dalam segi pelayanan maupun SDM nya.
Ia mengungkapkan, banyaknya pasien yang memilih untuk berobat ke Singapura maupun Malaysia karena banyaknya ahli kesehatan yang mudah dalam berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, karena wilayahnya yang tidak sebesar wilayah Indonesia.
Padahal, kata Sahat, ahli kesehatan yang ada di rumah sakit Singapura maupun Malaysia sudah setara dengan ahli kesehatan yang ada di Jakarta maupun Bandung.
“Satu sisi karena kita di ujungnya Indonesia bagian barat, ahli kita tidak semumpuni mereka [dalam menjangkau seluruh wilayah Indonesia]. Walaupun kita sudah memilikinya,” ujar Sahat, dikutip dari siaran pers BP Batam, Jumat (28/4/2023).
Sehingga, alasan inilah yang menyebabkan banyaknya masyarakat Indonesia lebih memilih berobat ke Singapura maupun Malaysia.
“Sebenarnya pasien di Indonesia ini, kalau ada ahlinya dia tidak mau ke sana. Misalnya sakit TBC ngapain ke sana kalau bisa di Indonesia,” terangnya.
Dengan terbentuknya KEK KIB nantinya, maka akan otomatis tenaga ahli yang berada di seluruh Indonesia akan ikut bergabung.
Begitu juga dengan peralatan medis yang saat ini sebenarnya di Indonesia sudah mempunyai peralatan yang mumpuni, seperti di Singapura maupun Malaysia.
Selain itu, lanjutnya, bahwa keberadaan KEK KIB juga akan sangat baik sekali dalam menahan devisa negara. Apalagi jika nantinya bisa dilakukan MoU bersama rumah sakit, tenaga medis dan sebagainya.
“Kalau pasien, kita punya banyak pasien. Tapi dengan adanya KEK ini dan dengan peralatan kesehatan, ahlinya serta ada kerja samanya, ini bisa akan lebih baik lagi mendatangkan dokter ahli ke sini,” tutur Sahat.
Jadi Pasar Potensial
Kepala Biro Humas, Promosi dan Protokol BP Batam, Ariastuty Sirait menambahkan, dengan dibukanya KEK KIB ini akan ada beberapa pasar potensial yang akan dimiliki.
“Di antaranya, industri farmasi dengan nilai investasi Rp110 triliun dan industri peralatan medis dengan nilai investasi Rp49 triliun,” sebut Ariastuty.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI), masyarakat Indonesia telah menghabiskan Rp160 triliun per tahun atas biaya perawatan yang dilakukan di luar negeri, terutama di Singapura dan Malaysia.
“Batam akan menangkap peluang tersebut melalui KEK Kesehatan. Dengan luas lahan 44,5 hektar dan nilai investasi senilai USD215 juta, BP Batam akan mengembangkan rumah sakit bertaraf internasional, farmasi dan peralatan medis, serta akomodasi,” jelasnya.
Di samping itu, melalui kawasan Free Trade Zone (FTZ) dan KEK, dilengkapi insentif fiskal maupun nonfiskal, Batam menawarkan kemudahan untuk berinvestasi dengan pengembangan potensi mencakup wisata kebugaran, universitas kedokteran terbaik, dan sistem manajemen kesehatan yang terpadu.
“Dengan dukungan dari Menko Perekonomian RI serta Dewan Pengawas BP Batam, maka BP Batam berkomitmen untuk membantu proses investasi di Batam. Kami juga mengundang para investor untuk datang ke Batam dan menyaksikan langsung potensi Batam sebagai kawasan investasi yang bernilai tambah,” tutup Ariastuty. (*)