BATAM – Kantor Otoritas Jasa Keuangan Provinsi Kepulauan Riau (KOJK Kepri) mengumumkan bahwa Industri Jasa Keuangan (IJK) di Provinsi Kepulauan Riau mengalami pertumbuhan positif dalam triwulan kedua tahun 2023.
Berdasarkan data yang dirilis pada Mei 2023, kondisi industri ini terbilang stabil dengan pertumbuhan kinerja yang positif, likuiditas yang memadai, dan profil risiko yang terjaga.
Kepala Kantor OJK Provinsi Kepulauan Riau, Rony Ukurta Barus, mengatakan, walaupun secara year to date (ytd) pertumbuhan aset bank umum di Kepulauan Riau hanya tumbuh sebesar 2,38 persen, tapi secara tahun-ke-tahun (yoy) mencapai 18,49 persen atau mencapai Rp108,57 triliun pada Mei 2023. Sementara dibandingkan Mei 2022 mencapai Rp91,63 triliun.
“Pertumbuhan ini melebihi pertumbuhan aset bank umum secara nasional yang hanya sebesar 6,96 persen secara year on year,” kata Barus, Selasa, 18 Juli 2023.
Penyaluran kredit bank umum di wilayah Kepri juga mengalami pertumbuhan sebesar 13,74 persen secara yoy, mencapai Rp46,66 triliun pada Mei 2023 dibandingkan Mei 2022 mencapai Rp41,03 triliun.
Dana Pihak Ketiga (DPK) juga mengalami pertumbuhan positif sebesar 12,88 persen secara yoy, mencapai Rp76,58 triliun pada Mei 2023 dibandingkan dengan Rp67,84 triliun pada Mei 2022. Pertumbuhan penyaluran kredit dan DPK di Kepulauan Riau juga melebihi pertumbuhan nasional mencapai 9,39 persen dan 6,55 persen.
“Pertumbuhan positif ini didukung dengan perbaikan tingkat risiko kredit, di mana Non Performing Loan (NPL) bank umum di Kepulauan Riau pada Mei 2023 sebesar 2,15 persen, lebih baik daripada NPL bank umum secara nasional yang mencapai 2,52 persen,” kata dia.
Sementara itu, aset Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPR/S) di Kepulauan Riau juga mengalami pertumbuhan sebesar 13,67 persen, mencapai Rp9,09 triliun pada Mei 2023 atau lebih tinggi dari pada Mei 2022 yang hanya mencapai Rp7,99 triliun.
“Pertumbuhan ini didorong oleh pertumbuhan kredit sebesar 58,80 persen, menjadi Rp9,088 triliun pada Mei 2023 dibandingkan dengan Rp5,723 triliun pada Mei 2022, dan pertumbuhan DPK sebesar 12,47 persen,” kata dia.
Namun demikian, terdapat peningkatan tingkat risiko kredit di BPR/S di Kepulauan Riau, di mana Non Performing Loan/Financing (NPL/NPF) tercatat sebesar 5,61 persen pada Mei 2023, sementara Desember 2022 yaitu 4,74 persen.
“KOJK Kepri akan melakukan pemantauan yang intensif untuk memastikan perbaikan NPL/NPF di Kepri,” kata dia.
Perkembangan Pasar Modal
Di sektor pasar modal, Industri Pasar Modal di Kepulauan Riau mencatat pertumbuhan yang positif. Jumlah investor meningkat sebesar 21,53 persen yoy, mencapai 112.437 investor pada Mei 2023.
Pertumbuhan investor terbesar tercatat di Kabupaten Natuna dengan peningkatan sebesar 33,2 persen, diikuti oleh Kabupaten Kepulauan Anambas dengan peningkatan sebesar 25,98 persen, dan Kabupaten Bintan dengan peningkatan sebesar 25,61 persen.
“Kota Batam menjadi daerah dengan jumlah investor terbanyak, mencapai 76.286 investor atau tumbuh sebesar 21,38 persen,” kata dia.
Kepemilikan saham oleh investor di Kepulauan Riau juga mengalami peningkatan signifikan, mencapai Rp4,60 triliun pada Mei 2023, meningkat sebesar 63,46 persen yoy.
Pertumbuhan kepemilikan saham terbesar tercatat di Kabupaten Bintan dengan pertumbuhan sebesar 219,47 persen yoy, diikuti oleh Kota Batam dengan pertumbuhan sebesar 74,18 persen yoy, dan Kabupaten Natuna dengan pertumbuhan sebesar 15,34 persen yoy.
Perkembangan Industri Keuangan Non-Bank
Dalam sektor Industri Keuangan Non-Bank (IKNB), pendapatan premi asuransi jiwa mengalami kontraksi sebesar 1,53 persen yoy pada periode Januari-Maret 2023, mencapai Rp370,7 miliar.
Namun, pendapatan premi asuransi umum mengalami pertumbuhan sebesar 33 persen yoy, mencapai Rp158,95 miliar. Nilai outstanding piutang pembiayaan juga tumbuh sebesar 25,07 persen yoy pada Mei 2023, mencapai Rp4,49 triliun, dengan rasio Non Performing Financing (NPF) turun menjadi 1,02 persen.
“Kinerja fintech peer to peer (P2P) lending pada Mei 2023 juga mencatatkan pertumbuhan positif, dengan outstanding pembiayaan tumbuh sebesar 31,36 persen yoy. Tingkat risiko kredit secara agregat juga membaik, turun menjadi 2,2 persen,” kata dia.