JAKARTA – Letnan Jenderal TNI Purnawirawan (Letjen Purn, Dr (HC) Tiopan Bernhard Silalahi SH meninggal dunia di Rumah Sakit Medistra Jakarta, Senin, 13 November 2023 sekitar pukul 20.00 WIB.
Berita duka ini disampaikan Rina Ginting salah seorang stafnya melalui Whatsapp Group Redaksi Suara Pembaruan. “BERITA DUKA Bapak TB Silalahi telah pulang ke Rumah Bapa barusan saja. Sekarang masih di RS Medistra Jakarta” tulisnya pada pukul 21.15 WIB.
Tokoh yang akrab disapa TB itu sudah lama beristirahat di rumah karena sakit, ditambah usianya yang sudah sepuh. Kabar meninggalnya mantan Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) itu itu tidak terlalu mengejutkan banyak pihak, pasalnya dalam beberapa tahun ini TB tidak pernah lagi mau muncul di publik pasca meninggalkan aktivitas di kancah nasional.
Saat dibawa ke RS Medistra Jakarta, TB Silalahi didampingi putri tertuanya dr. Herti Silalahi dan beberapa keluarga terdekat lain. Almarhum meninggal dunia di usianya menjelang 86 tahun.
Jenazah disemayamkan di Rumah Duka Ruang Sentosa RSPAD Gatot Subroto Jakarta, mulai Senin, 13 November 2023 malam.
Menurut informasi beberapa stafnya Parmono, Sunarto dan Rina Ginting kepada media, TB yang sebelumnya sedang tidak sehat dibawa ke RS Medistra Jakarta Selatan, karena sejak sore tidur dan tidak bangun-bangun. Ketika dijamah tubuhnya terasa dingin.
Dokter akhirnya menyatakan TB Silalahi mengembuskan nafas terakhir pukul 20.00 WIB malam.
Tolak Makam Pahlawan
Pendiri SMA Unggulan Soposurung itu pernah menyatakan tidak mau dikuburkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. TB ingin dimakamkan di Balige, dekat Museum Batak.
Berita tentang kepergian TB pun sudah disampaikan ke kampung halamannya di Balige. Seluruh keluarga di sana menyatakan siap menunggu kedatangan jenazah almarhum untuk upacara adat dan pemakaman.
Dikutip dari buku biografinya berjudul “TB Silalahi – Anak Hadal” dan Wikipedia, TB Silalahi lahir 17 April 1938 di Desa Soposurung, Balige, Kabupaten Toba. Setelah menyelesaikan Akademi Militer Nasional (AMN) tahun 1961, karir militernya diawali sebagai Danton Yonkav 4 Siliwangi dalam operasi Kamdagri di Jawa Barat (1962). Kemudian Wadanki dalam operasi Kamdagri di Sulawesi Selatan (1963—1965) bersamaan dengan Operasi Dwikora.
TB kemudian dipercaya sebagai Danyonkav 8 Tank Kostrad (1972), berlanjut ke Timur Tengah sebagai pasukan perdamaian PBB pada perang Oktober 1973 antara Israel dan Mesir sebagai Camp Commandant UNEF Middle East di Kairo.
Pengabdiannya berlanjut sebagai Dosen Sesko AD (1974), Asops Kasdam XIV/Hasanuddin di Ujung Pandang (1978), Kasdam VII/Diponegoro (1982).
Jabatan militer terakhir adalah Asisten Perencanaan dan Anggaran KASAD (1986) dengan pangkat Mayor Jenderal TNI.
TB kemudian dipercaya Presiden Soeharto kala itu menjadi Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara pada Kabinet Pembangunan. Selanjutnya dikaryakan sebagai Sekjen Departemen Pertambangan dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (1993—1998).
Sejalan dengan penugasannya, TB Silalahi memanfaatkan waktu mengikuti pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Padjajaran Bandung sampai sarjana muda (1968) dan mendapatkan S1 pada Sekolah tinggi Hukum Militer dengan predikat Cumlaude (1995).
Atas prestasinya dalam bidang pemerintahan dan sosial, ia mendapat gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Gregorio Araneta, 8 Agustus 1996 di Manila, Filipina. (*)