BATAM – Ada potensi destinasi wisata baru di Batam, yakni ekowisata madu Klanceng atau Trigona yang berada di Kampung Tembesi Bengkel, kelurahan Kibing, kecamatan Batuaji, Kota Batam.
Diketahui, madu Klanceng ialah madu yang dihasilkan dari lebah madu tak bersengat spesies Trigona (Trigona sapiens dan Trigona clypearis) yang memiliki banyak manfaat untuk kesehatan manusia.
Petani lebah madu yang juga Ketua RT 04 Tembesi Bengkel, Salimun mengungkapkan, pihaknya memberanikan diri membudidayakan madu Klanceng untuk mengenalkan bahwa di Tembesi Bengkel ada kegiatan ternak lebah madu.
“Selain untuk menjadikan ekowisata, madu Klanceng juga bernilai ekonomis tinggi dari madu biasanya karena tidak menghasilkan madu yang berlimpah, hanya 100-200 ml dalam tiga bulan,” terang Salimun kala menyambut kedatangan Kadisbudpar Batam, Ardiwinata yang berkunjung, Minggu (05/03/2023).
Ia menambahkan, dalam budidayanya relatif mudah karena lebah Klanceng tidak menyengat manusia, sehingga berisiko kecil menimbulkan cedera akibat gigitannya. Terlebih, manfaat dari madu Klanceng yang kaya antioksidan hingga terbukti cepat dalam penyembuhan luka.
Salimun berharap, Pemko Batam dapat memberikan masukan dan bantuan agar ternak lebah madu ini bisa berkembang dan menghasilkan madu yang lebih banyak lagi, agar kian dikenal sampai ke manca negara.
Ardiwinata dalam kesempatan itu mengaku takjub, karena Batam juga punya ternak lebah madu. Dalam kunjungan yang dipusatkan di fasum RT 04 Tembesi Bengkel tersebut, ia pun berkesempatan langsung untuk panen madu Klanceng.
Ardi mengatakan, ada tiga hal yang harus diperhatikan untuk membangun destinasi wisata, yaitu 3A. Pertama adalah Aksesibilitas, bagaimana akses untuk sampai ke tempat itu, baik melalui laut, darat dan udara.
Kedua Amenitas, semua fasilitas pendukung yang bisa memenuhi kebutuhan dan keinginan wisatawan selama berada di destinasi.
Dan yang ketiga adalah Atraksi, termasuk atraksi alam. Alam itu sendiri menciptakan atraksi atau kegiatan yang bisa membuat orang senang datang, membeli dan sebagainya.
“Saya melihat, ada potensi satu lagi atraksi alam [di Batam] yakni panen madu lebah. Saya hadir di sini untuk melihat potensi pariwisata di lokasi Tembesi Bengkel ini,” serunya.
Ia menilai, tempat ini dapat dikembangkan sebagai destinasi wisata. Namun jika melihat kepada aspek ‘3A’, lokasi ini masih memiliki persoalan dari segi akses.
“Perlu pembukaan akses agar wisatawan dapat sampai ke lokasi dalam waktu yang terukur dan nyaman. Juga pembenahan toilet umum, tempat makan, tempat membeli oleh-oleh dan lainnya,” papar Ardi.
Menurutnya, hal tersebut merupakan atraksi alam, hanya perlu pembenahan sedikit lagi, seperti menambahkan tarian penyambutan atau lainnya.
“Ini merupakan tantangan bagi kita. Saya berharap dari Pak Lurah, Pak RT dan kita semua agar bagaimana tiga hal tadi, akses, amenitas dan atraksinya dapat kita benahi,” ucapnya.
Selain itu, diharapkan ke depan juga bisa dikembangkan homestay, di mana Wisatawan bisa tinggal dan berinteraksi dengan masyarakat.
Terkait persoalan aspek pendanaan, ia berujar, beberapa sumber yang bisa dimanfaatkan misalnya Kredit Usaha Rakyat (KUR), salah satu program pemerintah dalam meningkatkan akses pembiayaan kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Atau melalui program dana bergulir pinjaman 100 juta dari Pemko Batam dengan bunga yang kecil, maupun dari sumber-sumber pendanaan lainnya yang bunganya tidak memberatkan.
“Semoga ternak lebah Klanceng ini bisa melibatkan banyak peternak lebah madu lainnya dari warga setempat, agar menghasilkan madu Klanceng lebih banyak lagi,” tutup Ardi. (*)