JAKARTA – Inflasi Indonesia sepanjang 2022 cenderung terjaga di level 5,51 persen, di tengah masa penuh turbulensi beberapa tahun ke belakang ini dan gejolak perekonomian di banyak negara dunia.
“Ini lebih rendah dari forecast pemerintah sebesar 6,5 persen pasca penyesuaian harga BBM,” ujar Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani dalam keterangan tertulis, yang dikutip Rabu (22/02/2023).
Menkeu menjelaskan, untuk periode 2023 tingkat inflasi ditargetkan bisa melandai hingga 3,6 persen. Sementara gap inflasi volatile food dibidik turun pada rentang 3-5 persen.
Selain itu, hari besar nasional tetap menjadi perhatian (utamanya Ramadan serta Hari Raya Idulfithri) karena pada saat tersebut dipastikan terjadi lonjakan permintaan yang sangat tinggi.
“Dukungan fiskal melalui APBN juga terus dijaga. Tercatat sebesar Rp104,2 triliun disalurkan melalui beragam kementerian/lembaga untuk menjaga ketahanan pangan,” tuturnya.
Ia menambahkan, pemerintah akan mengupayakan akselerasi implementasi lumbung pangan, perluasan kerja sama antar daerah, dan pengelolaan data ketersediaan pangan untuk menjaga ketersediaan pasokan bagi masyarakat.
Tidak berhenti disitu, mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut juga menyatakan, APBN selalu siap dalam mendukung pemenuhan perlindungan sosial, anggaran subsidi dan kompensasi energi, serta infrastruktur.
“Seluruh alokasi ini untuk menunjang upaya pengendalian inflasi,” tegas dia.
Oleh karenanya, Sri Mulyani mendorong seluruh pihak untuk senantiasa menguatkan sinergi dalam menjaga inflasi demi memperkuat perekonomian nasional.
“Ini semua merupakan harmonisasi kerja sama antara Kementerian Keuangan dengan beragam lembaga dan koordinasi seluruh pemangku kepentingan lain, dalam upaya menangani inflasi di Indonesia yang akan terus-menerus dilakukan,” pungkasnya. (*)