JAKARTA – Pembatalan drawing FIFA U-20 yang dijadwalkan di Bali, 31 Maret 2023, berpotensi memunculkan sanksi lebih berat bagi Indonesia dibanding saat kena hukuman pada 2016 silam.
Jika saat itu FIFA mem-banned keanggotaan PSSI gara-gara intervensi Pemerintah RI, maka kali ini akan lebih berat dan pelik karena berkaitan dengan Piala Dunia U-20.
“Pembatalan drawing merupakan warning awal. Jika kita sampai gagal melaksanakan event FIFA U-20 tersebut, Indonesia dianggap menodai kepercayaan yang diberikan FIFA. Otoritas tertinggi sepak bola internasional tersebut dirugikan secara material dan immaterial, karena pelaksanaan event mereka kacau balau,” ujar Pengamat sepak bola M Kusnaeni di Jakarta, Minggu (26/3/2023) menanggapi pernyataan resmi PSSI tentang pembatalan drawing yang dikeluarkan hari ini.
Lebih lanjut Kusnaeni berharap, pemerintah dan juga PSSI maupun LOC berkonsolidasi menyelesaikan sederet persoalan yang menjadi perhatian FIFA.
“Harapan kita semoga FIFA tidak melakukan pembatalan penujukkan Indonesia sebagai tuan rumah. Pembatalan drawing merupakan peringatan awal. Apa yang perlu kita lakukan? Segera konsolidasi dan bereskan PR yang ada. Karena saya melihat tak hanya masalah Israel saja yang jadi perhatian FIFA, tapi juga berkaitan dengan infrastruktur. Saya yakin mereka berharap Indonesia bisa sukses menjadi tuan rumah,” terangnya.
Jika terkena sanksi, maka sepak bola Tanah Air bakal terdampak. Para pemain terbaik negeri ini kehilangan kesempatan bersaing di pentas internasional. Pada periode 2015-2016 Indonesia pernah merasakan pahitnya sanksi dari FIFA, dikucilkan dari pentas internasional. Gara-gara dilarang berkiprah di ajang resmi, ranking Indonesia melorot drastis.
“Mimpi melihat Indonesia berprestasi makin jauh. Karena secara ranking FIFA, Tim Merah-Putih terlempar jauh,” pengamat sepak bola yang juga Wartawan Bidang Olahraga ini mengingatkan.
Sulit Dapat Sponsor
Di level domestik pun, kompetisi kian sulit mendapatkan sponsor. Perusahaan berfikir ulang mau berinvestasi ke klub maupun PSSI. Ujungnya jika kondisi makin parah, pelaksanaan kompetisi akan tersendat akibat masalah kelangkaan dana.
“Jangan sampai hal itu terjadi. Mimpi buruk buat sepak bola kita. Jangan bermain-main dengan kesepakatan yang sudah dibuat dengan FIFA. Kita jadi host prosesnya mengajukan diri, bukan ujuk-ujuk FIFA yang minta. Taati kesepakatan yang ada. Segera cari air untuk memadamkan kebakaran yang timbul,” tutur Kusnaeni.
Sebelumnya, Anggota Komite Eksekutif PSSI Arya Sinulingga menggambarkan situasi terkini pasca FIFA membatalkan drawing Piala Dunia U-20 2023 di Bali pada 31 Maret 2023. PSSI menduga, keputusan itu diambil karena ada sikap penolakan dari pemerintah setempat.
“Kemarin [Sabtu] kami sudah dapat informasi dari FIFA ke LOC [panitia lokal]. Dalam pemberitahuan belum ada surat resmi, tapi sudah jelas bahwa drawing Piala Dunia U-20 2023 telah dibatalkan FIFA. Keputusan berasal dari mereka,” kata anggota Komite Eksekutrif PSSI, Arya Sinulingga pada jumpa pers, Minggu (26/3/2023).
Dalam jumpa pers yang digelar, ia juga mengungkapkan, dengan pembatalan drawing ini membuat status Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 tidak bisa diprediksi.
“Memang kami belum dapat surat resmi dari FIFA, namun pesannya jelas bahwa dibatalkan. Ini kami maklumi karena adanya penolakan dari Gubernur Bali yang menolak kedatangan Israel di mana mereka tidak diperbolehkan mengikuti drawing, sehingga mungkin hal ini menjadi dasar keputusan membatalkan pelaksanaan drawing,” papar Arya.
Dikatakan, surat Gubernur Bali, I Wayan Koster ke Menpora yang beredar luas agaknya juga menjadi dasar keputusan FIFA. “[Padahal] Gubernur Bali telah meneken government guarantee, bersepakat dan setuju saat Indonesia ditunjuk sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20, dan sekarang mereka menolak. Wajar kalau FIFA akhirnya memutuskan membatalkan drawing di sana,” jelasnya.
Ia menambahkan, saat ini pihaknya sedang memikirkan cara bagaimana Indonesia khususnya sepak bola tidak dikucilkan dalam suatu ekosistem sepak bola. “Kita memang tahu sangat sulit memisahkan politik dan olahraga. Kami ingin olahraga tetap pada konteks olahraga,” ucap Arya.
Koordinasi dengan Kemenlu
Arya menyebut, Ketua Umum PSSI yang juga Ketua LOC, Erick Thohir tengah melakukan konsolidasi dengan pemerintah. “Pak Erick Thohir sedang koordinasi dengan Kemenlu sebagai penanggung jawab diplomasi dan Kemenpora, yang berpayung menjadi INAFOC sebagai penyelenggara event,” ujarnya.
Demikian juga, sambungnya, beliau akan melaporkan ke Presiden RI Joko Widodo proses-proses ini, dan mencari solusi yang terbaik untuk menyelamatkan sepak bola Indonesia.
“Kami berharap dan memohon pencinta sepak bola Indonesia yang mau sepak bola maju untuk tetap tenang. Kami mencoba mencari solusi dan berbicara dengan FIFA dalam waktu dekat. Karena kekhawatiran kita, kita dikucilkan dalam ekosistem sepak bola dunia,” tutur Arya yang juga merupakan Staf Khusus Menteri BUMN itu.
PSSI sendiri tak berani berandai-andai soal bagaimana status Indonesia sebagai host, usai batalnya pengundian. “Kita belum berani berbicara persentase karena dengan dibatalkannya drawing ini kemunduran atau sebagainya. Penetapan grup sudah berubah. Kita tidak tahu bagaimana kondisi terkini. Pastinya, Pak Erick akan lakukan diplomasi pendekatan ke FIFA,” pungkasnya. (*)